Pengamat: Biden Bisa Keras ke China, tapi Tidak dengan Indonesia

Pengamat: Biden Bisa Keras ke China, tapi Tidak dengan Indonesia

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Penanganan wabah virus corona baru (Covid-19) akan menjadi fokus utama AS di bawah pemerintahan Joe Biden. Sebab dengan mampu mengatasi pandemi, ekonomi negeri Paman Sam akan berangsur pulih.

Demikian disampaikan Direktur Survey and Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara dalam mencermati hasil Pilpres AS yang memenangkan pasangan Joe Biden-Kamala Harris dari petahana Donald Trump-Mike Pence.

"AS juga berstatus sebagai negara dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi di dunia yang melebihi 10 juta kasus. Apalagi penanganan pandemi Covid-19 adalah kritik terbesarnya kepada Donald Trump," jelas Igor kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (8/11).

Tak hanya itu, penanganan pandemi juga akan menjadi penentu ekspor Indonesia ke AS.

"Fair trade menjadi opsi Biden," jelasnya.

Ia mengamini bila ada kebiasaan kerja sama yang dilakukan presiden AS dari Partai Demokrat kerap dilakukan dengan sejumlah syarat minimal, seperti dampak lingkungan, HAM, dan demokratisasi.

"Namun itu tidak akan menjadikan Biden akan punya kebijakan luar negeri yang keras terhadap negara demokrasi terbesar ketiga seperti Indonesia," tegasnya.

"Prinsip dasar yang saling menguntungkan lebih menjadi prioritas Biden untuk melihat kerja sama bilateralnya dengan Indonesia di atas pertimbangan lainnya. Biden akan bisa keras terhadap Tiongkok, Korea Utara, atau Iran, (tapi) bukan Indonesia," jelasnya.

Hal tersebut pula yang mendasari AS memperpanjang fasilitas sistem tarif GSP (pembebasan tarif bea masuk kepada negara-negara berkembang), termasuk Indonesia.

"Ini diprediksi tidak akan berubah atas dasar mutual benefit antar kedua negara. Joe Biden juga pastinya lebih suka jika Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo membeli alutsista militer AS, termasuk pesawat tempur F-35 atau F-16 ketimbang beli Sukhoi dari Rusia," tandasnya. (*)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA