Bencana Banjir dan Longsor Mulai Menerjang Jawa Barat

Bencana Banjir dan Longsor Mulai Menerjang Jawa Barat

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Sepekan terakhir terjadi sejumlah bencana alam yang tersebar di beberapa daerah yang ada di Jawa Barat.
Bencana banjir bandang dan longsor terjadi di Kabupaten Garut, Senin (12/10) lalu. Berdasarkan keterangan resmi dari Pemda Garut, bencana alam terjadi di enam kecamatan yang semuanya terletak di wilayah selatan. Ke enam kecamatan tersebut yakni Pameungpeuk, Cikelet, Cibalong, Peundeuy, Pamulihan, serta Cisompet.

Bencana alam terparah terjadi di Kecamatan Pameungpeuk, Cibalong serta Cikelet. Ketiga kecamatan yang terletak di pesisir pantai selatan Garut ini dikepung banjir bandang.


Banjir bandang terjadi akibat luapan sungai-sungai besar di wilayah tersebut. Ratusan rumah terdampak bencana ini. Dilaporkan ada beberapa rumah serta fasilitas umum seperti jembatan, hingga markas posyandu yang hanyut diterjang air.

"Ada enam kecamatan yang terkena bencana. Kecamatan Pameungpeuk, Cikelet, dan Cibalong terkena banjir bandang. Kecamatan Peundeuy, Pamulihan dan Cisompet terjadi pergerakan tanah dan longsor," kata Bupati Garut Rudy Gunawan.

Dia juga menyebut ada sebanyak 1.000 orang mengungsi akibat bencana alam tersebut. "Warga yang mengungsi sudah hampir seribu orang. Mereka terdampak," kata Rudy Gunawan

Selain banjir bandang, bencana longsor juga terjadi di sejumlah wilayah. Di Kecamatan Cisompet, longsor terjadi di beberapa titik. Salah satunya terjadi di jalur provinsi, Jalan Pameungpeuk-Garut. Longsor yang terjadi di Cisompet juga membuat sebuah rumah milik warga ambruk.

Di Kecamatan Pamulihan, longsoran tebing menutup badan jalan penghubung desa. Material longsor sempat membuat jalan tidak bisa dilalui kendaraan. Warga dan aparat setempat kemudian bergotong royong menyingkirkan material longsor hingga akhirnya jalan bisa kembali dilalui pada Senin siang.

Sementara itu, di Kecamatan Peundeuy, longsor membuat sebuah jalan kabupaten rusak parah dan amblas sekira 30 meter. Hal tersebut terjadi saat longsoran tebing menutup gorong-gorong sehingga menyumbat aliran air.

luapan air yang deras kemudian menekan badan jalan hingga amblas puluhan meter ke bawah. Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), jalan tersebut kini tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.

Masih di hari yang sama, bencana longsor terjadi di Tasikmalaya. Kejadian ini terjadi setelah wilayah tersebut diguyur hujan deras. Sejumlah tebing di Kecamatan Salopa, Tasikmalaya, longsor. Selain menutup jalan utama, longsor juga menimpa bangunan rumah, pabrik dan dua buah truk.

Di Desa Kawitan, Kecamatan Salopa tebing setinggi 150 meter longsor menimpa jalan sepanjang 100 meter serta rumah, pabrik kayu dan dua buah truk. Ketebalan tanah mencapai empat meter dilokasi longsoran.

Lima orang penghuni rumah yang tengah tidur lolos dari maut. Saat itu para korban selamat setelah material tanah longsor yang hendak masuk ke dalam rumah tertahan truk yang terparkir di depan rumah.

"Saat itu kami semua sekeluarga sedang tidur di dalam rumah. Lantas terdengar suara gemuruh begitu keras di depan rumah. Seolah-olah rumah kami akan rubuh," pengakuan salah seorang korban, Asep Yudi.

Meski begitu, korban mengalami kerugian materil hingga ratusan juta rupiah. Selain dua truk miliknya yang terseret longsor, mesin gergaji hingga ratusan kubik kayu di pabrik penggergajian ikut tertimbun tanah.

"Rugi pak sekitar 500 jutaan pak ada mesin rumah truk juga dua," ungkap Yudi.

Kasie Kedaruratan dan logistik BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Dede Sudrajat, setidaknya terdapat 12 titik bencana longsor dan banjir terjadi di Tasikmalaya. Seorang warga Kecamatan Gunung Tanjung meninggal dunia diduga akibat tertimpa longsor.

Selain longsor, banjir juga melanda kecamatan Karang Nunggal. Ratusan rumah warga terendam. "Ada yang wafat satu kita belum tau apa karena sakit atau tertimpa longsor. Longsor di 12 titik dan banjir juga di Karang Nunggal", Ucap Dede.

Selain itu, hampir sepekan lebih akses jalan di tiga kecamatan di Kabupaten Cianjur tertutup longsor dan kembali dapat dilalui kendaraan. Banyaknya titik longsor dan jalan yang sempit membuat normalisasi jalan membutuhkan waktu lama.

Pengamat Ruas Jalan Sukanagara-Sindangbarang UPTD Dinas PU Bina Marga Provinsi Jabar Bubun Bunyamin mengatakan, ada 30 titik longsor di Kecamatan Cijati, Leles dan Agrabinta. Panjang longsoran beragam, mulai dari 50 meter hingga 200 meter.

"Setelah sepekan penanganan dengan menggunakan 3 alat berat, seluruh titik longsor yang menutupi jalan sudah dinormalisasi dan bisa dilalui kendaraan," kata dia via telepon seluler, Senin (12/10) lalu

Menurutnya UPTD Bina Marga Provinsi Jawa Barat masih melakukan penanganan lumpur dan sisa material longsoran di kanan kiri jalan, supaya bisa dilalui dua arus kendaraan.

"Memang sudah bisa dilalui, tapi bergantian. Sekarang diupayakan supaya bisa dilalui dua arus kendaraan," kata dia.

Ia mengungkapkan pembersihan material longsoran membutuhkan waktu lama karena akses jalan sempit, sehingga hanya alat berat berukuran sedang yang bisa digunakan.

"Sebenarnya kalau alat berat yang besar bisa masuk, penanganan akan lebih cepat. Tapi karena jalan sempit jadi pakai alat berat berukuran sedang. Akibatnya penanganan jadi lama, ditambah material longsoran tidak hanya tanah tapi batu besar," ucapnya.

Seperti diketahui, BPBD Jawa Barat mencatat angka kejadian bencana di Jawa Barat relatif tinggi, dalam setahun angka kebencanaan berjumlah 1.500-2.000 kasus. Bila dibagi dalam setahun atau 365 hari, rata-rata kejadian kasus bencana di Jabar berjumlah 2 sampai 3 kasus per hari.

Prakirawan Cuaca BMKG Bandung Yan Firdaus Permadhi mengatakan, beberapa daerah di Jabar memiliki potensi bencana banjir dan longsor menjelang perubahan cuaca ke musim hujan. Sementara itu puncak musim hujan di Jawa Barat diprediksi terjadi pada Januari-Februari 2021.

"Sejauh ini untuk wilayah Jawa Barat, yang paling rentan terkena bencana hidrometeorologi (akibat fenomena La Nina) adalah daerah Jabodetabek juga wilayah yang terlewati oleh DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum memiliki kerentanan yang tinggi," kata Yan kepada wartawan, Kamis (15/10) lalu.

Lebih lanjut, beberapa daerah seperti Bogor Barat dan Timur, Sukabumi Utara, dan Cianjur Utara secara alami memiliki curah hujan lebih tinggi dari daerah lain di Jawa Barat. Sehingga, kata dia, berpotensi alami kenaikan curah hujan dampak La Nina dan IOD negatif yang bisa mencapai lebih dari 150 milimiter.

Dia mengatakan, wilayah Indramayu, Subang, dan Cirebon juga menjadi daerah yang rentan terkena bencana banjir rob dan angin kencang. "Namun tidak berarti daerah lainya tidak rentan, masyarakat Jawa Barat pada umumnya harus selalu waspada terhadap bencana alam terutama dalam menghadapi musim hujan ini," ujarnya.

Kejadian bencana banjir bandang dan longsor di Tasikmalaya dan Garut menimbulkan kekhawatiran masyarakat yang tinggal di daerah dengan potensi bencana tinggi. Dalam hal ini BMKG mendorong agar pemerintah segera bersiap melakukan mitigasi.

"Perlunya kewaspadaan dan penyiapan secara lebih dini dan optimal untuk upaya mitigasi oleh para pemangku kepentingan dan Pemerintah Daerah yang wilayahnya diprakirakan akan mengalami musim hujan lebih maju atau lebih basah. Mitigasi tersebut dengan melakukan pengelolaan tata air yang terintegrasi dari hulu hingga hilir," ujarnya.

Kemudian, masyarakat juga diharapkan dapat lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim hujan. "Seperti menjaga kesehatan dan lingkungan tempat tinggal masing-masing sehingga mengurangi tingkat kerawanan bencana hidrometeorologis," kata Yan.

Dia mengatakan, masyarakat juga penting untuk tidak panik dan mencari informasi peringatan dini cuaca. "Jangan panik dan mudah termakan berita hoax dengan selalu memantau informasi yang dikeluarkan oleh BMKG terutama terkait dengan peringatan dini cuaca dan tinggi gelombang," pungkasnya.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita