Bantah Gatot Nurmantyo Soal Kebangkitan PKI, Moeldoko: Tidak Mungkin Datang Secara Tiba-tiba

Bantah Gatot Nurmantyo Soal Kebangkitan PKI, Moeldoko: Tidak Mungkin Datang Secara Tiba-tiba

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Wacana kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dilontarkan mantan Panglima TNI Jendral Purn Gatot Nurmantyo dibantah oleh Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko.

Dia mengatakan, wacana tersebut tidak mungkin muncul secara tiba-tiba. Pasalnya dia mengaku paham peristiwa-peristiwa kelam yang dialami bangsa Indonesia, khususnya tragedi kebiadaban Gerakan 30 September 1965 silam.

"Saya sebagai pemimpin yang dilahirkan dari akar rumput bisa memahami peristiwa demi peristiwa. Mengevaluasi peristiwa demi peristiwa," ujar Moeldoko dalam siaran pers yang diterima Kamis (1/10).

Oleh sebab itu, mantan Pangkostrad ini meyakini, isu kebangkitan PKI tidak muncul secara tiba-tiba. Justru dia menilai wacana itu ada lantaran digaungkan oleh komoditas kepentingan tertentu.

"Tidak mungkin datang secara tiba tiba. Karena spektrum itu terbentuk dan terbangun tidak muncul begitu saja. Jadi jangan berlebihan sehingga menakutkan orang lain. Sebenarnya bisa saja sebuah peristiwa besar itu menjadi komoditas untuk kepentingan tertentu," ucap dia.

Lebih lanjut, Moeldoko menjelaskan tentang dua pendekatan dalam mendeteksi munculnya isu kebangkitan PKI ini.

Di mana pertama menciptakan sistem kewaspadaan untuk menentramkan. Sementara yang kedua menciptakan kewaspadaan untuk memunculkan ketakutan.

"Bedanya di situ. Tinggal kita melihat kepentingannya. Kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menenteramkan maka tidak akan menimbulkan kecemasan. Tapi kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menakutkan, pasti ada maksud-maksud tertentu. Nah! Itu pilihan-pilihan dari seorang pemimpin," tuturnya.

Kalau saya memilih, kewaspadaan untuk menenteramkan. Yang terjadi saat ini, menghadapi situasi saat ini apalagi di masa pandemi,  membangun kewaspadaan yang menenteramkan adalah sesuatu pilihan yang bijak," demikian Moeldoko.(rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita