Presiden Lebanon: Kebakaran Pelabuhan Beirut Kali Ini Bisa Jadi Karena Adanya Sabotase

Presiden Lebanon: Kebakaran Pelabuhan Beirut Kali Ini Bisa Jadi Karena Adanya Sabotase

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Selama sesi Dewan Pertahanan Tinggi pada Kamis (10/9), Presiden Lebanon Michel Aoun menyatakan bahwa kebakaran yang terjadi di Pelabuhan Beirut mungkin merupakan tindakan sabotase yang disengaja, akibat kesalahan teknis, ketidaktahuan, atau kelalaian.

Dalam semua kasus, penyebabnya perlu diketahui secepatnya, dan mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban," kata Aoun, mengutip keterangan  pers kepresidenan, seperti laporan MTV Lebanon, Jumat (11/9).

Menurutnya, bagaimanapun penyebabnya harus diklarifikasi secepatnya, dan yang bersalah perlu dibawa ke pengadilan.

“Kesalahan kebakaran tidak lagi diperbolehkan, terutama setelah bencana akibat kebakaran pertama,” katanya, mengacu pada kebakaran dan ledakan pada 4 Agustus lalu yang terjadi di lokasi yang sama yang merenggut sedikitnya 190 jiwa.

Direktur pelabuhan Bassem al-Qaisi mengatakan kepada radio Voice of Lebanon bahwa api bermula di gudang tempat barel minyak goreng ditempatkan dan kemudian menyebar di dekatnya ke tempat tumpukan ban.

"Masih terlalu dini untuk mengetahui apakah itu akibat panas atau kesalahan lainnya,'' kata al-Qaisi menambahkan bahwa asap hitam berasal dari ban yang terbakar.

Tentara mengatakan pihaknya telah mengirim helikopter untuk mengendalikan api. Api dilaporkan meletus di zona bebas pajak pelabuhan.

Sementara itu, Komite Palang Merah Internasional mengatakan operasi kemanusiaannya berisiko mengalami gangguan serius karena api menghantam gudang yang berisi bantuan makanan.

"Gudang yang terbakar adalah tempat ICRC menyimpan ribuan paket makanan dan 0,5 juta liter minyak," kata direktur regional ICRC Fabrizio Carboni.

"Operasi kemanusiaan kami berisiko terganggu serius," tambahnya.

Sejauh ini tidak ada korban luka yang dilaporkan, tetapi beberapa orang yang berada di dekatnya menderita sesak napas, menurut lapoan media setempat, dikutip dari DW, Jumat. (Rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita