Masih Hidup, Ini Kehidupan Anak-anak DN Aidit: 1 di Indonesia, 3 di Luar Negeri

Masih Hidup, Ini Kehidupan Anak-anak DN Aidit: 1 di Indonesia, 3 di Luar Negeri

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Ketua Umum Partai Komunis Indonesia (PKI) Dipa Nusantara Aidit diketahui memiliki lima orang anak. Mereka adalah Ibarruri Putri Alam, Ilya Aidit, Iwan Aidit, Ilham Aidit dan Irfan Aidit.

Dari kelima anak DN Aidit, hanya Ilham yang tinggal di Indonesia. Tiga lainnya diketahui sudah menjadi warga negara lain. Sementara kembaran Ilham, Irfan, telah meninggal dunia karena sakit.

Secara khusus kepada Jawapos.com, Ilham menceritakan seputar lika-liku perjalanan para saudaranya.

“Yang berada di Indonesia dan anak Aidit satu-satunya yang di Indonesia cuma saya (Ilham),” ujar Ilham saat ditemui di kediamannya kawasan Bandung, Jawa Barat.

Sementara sang kakak Iba, Ilya dan Iwan memilih menjadi ‎warga negara asing (WNA) Perancis dan Kanada.



Dengan santainya, Ilham menceritakan sang kakak bagaimana memilih menjadi WNA. Obrolan sempat terhenti sebentar karena Ilham ingin menyalakan rokok yang telah dipegangnya.

Cerita dimulai dari dua kakak perempuannya Iba dan Ilya yang menjadi WNA Perancis. Alkisah dua kakaknya sejak umur 11 tahun dan kelas 4 SD sudah berada di Moscow untuk sekolah.

Kebetulan sang ayah DN Aidit memiliki akses ke Moscow sehingga dua anaknya mudah mendapatkan beasiswa.

Namun pada tahun 1971 terjadi keretakan hubungan antara Moscow dengan Tiongkok dalam garis politik. Sehingga Moscow tidak ingin memberikan beasiswa bagi anak Indonesia dan anak PKI.

“Di Moscow sudah malas mengurusi orang-orang Indonesia,” katanya.

Saat itu, pemerintah‎ Tiongkok pun mengambil alih dan memutuskan membawa anak-anak Indonesia. Di Tingkok kemudian anak-anak Indonesia di tempatkan di suatu daerah dengan kamp besar. Di sana terhampar ladang luas dan anak Indonesia disuruh mengelola lahan tersebut.

“Mereka mulai belajar pertanian dan hidupnya tidak membebani keuangan negara Tiongkok,” ungkapnya.

Kemudian pada tahun 1981 negara-negara Eropa mulai membuka diri dan menerima mantan anak PKI untuk bisa bersekolah. Mayoritas anak- anak PKI memilih tinggal di Belanda, Namun Iba dan Ilya bersama dengan Sobron Aidit (kakak DN Aidit) memutuskan pindah ke Perancis.

Di kota mode itu, mereka bertiga mendapatkan uang dari partai sosialis. Sehingga mereka memutuskan untuk membuka restoran. Sementara Iba dan Ilya melanjutkan sekolah kedokteran di Perancis.

“Sampai sekarang restoran itu masih ada, dan dahulu restoran itu sempat dimusuhi oleh KBRI Indonesia, dan restoran itu kemudian sukses dan digemari banyak orang,” ungkapnya.

Setelah itu sang kakak Iba dan Ilya memutuskan menjadi WNA Perancis. Iba mendapatkan suami orang Indonesia yang dahulu sempat bersekolah belajar di Moscow dan Ilya menikah dengan WNA Perancis.

Pria dua anak ini melanjutkan ceritanya, untuk sang kakak Iwan dia akhirnya memutuskan menjadi WNA Kanada pada tahun 2007.

Ilham menceritakan awal mula sang kakak menjadi WNA. Saat itu sang kakak bekerja di perusahaan minyak milik perusahaan Amerika Serikat yang ada di Indonesia.

Namun pada 1987 pada saat itu ada bersih-bersih yang dilakukan pemerintah, bahwa anak-anak PKI tidak boleh menjadi PNS dan apabila ada anak PKI di perusahaan swasta milik asing. Maka si perusahaan harus melakukan pemecatan.

“Kakak saya sudah menempati jabatan strategis, ada empat pimpinan tiga diantaranya bule (WNA) dan satu Iwan,” katanya.

“Dia sempat marah, coba bayangin putra Indonesia tidak boleh bekerja di negaranya sendiri,” tambahnya.

Kemudian setelah itu, pada tahun 1993 Iwan memutuskan bersekolah lagi di Amerika Serikat. Namun saat ingin memperpanjang paspornya.

Kedutaan besar tidak mengembalikan paspornya. Iwan selalu meminta tapi Kedutaan Besar selalu memiliki alasan macam-macam.

“Iwan sudah tahu paspor ditahan, karena ada yang ingin menghantam Iwan di luar negari,” ungkapnya.

Kemudian, pada tahun 1997 Iwan memutuskan pindah ke Kanada, karena ada peluang kerja yang menjanjikan. Temannya pun selalu merayu Iwan untuk bisa menjadi WNA di Kanada.

Namun Iwan selalu menolak, dan masih ingin menjadi WNI.

Tapi saat tahun 1998 dia berharap bisa pulang ke Indonesia, namun lagi-lagi dia dipersulit dan tidak bisa kembali ke negaranya sendiri.

Kemudian barulah tahun 2006 Iwan kecewa karena tidak bisa pulang ke Indonesia. Dia memutuskan untuk menjadi warga negara Kanada.

Apalagi saat itu pemerintah Kanada memberikan kemudahan kepada Iwan.

“Jadi sampai tahun 2007 Iwan resmi bergabung dengan Kanada,” tuturnya.

Lebih lanjut Ilham menambahkan, tiga kakaknya setiap tahunnya selalu pulang ke Indonesia. Bahkan ada yang menginap di rumahnya untuk bisa berjalan-jalan.

“Sering jalan-jalan ke Indonesia setiap tahunnya,” pungkasnya. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita