Ali Taher Ceramahi Menag Fachrul Razi Tentang Beda Ranah Agama Dan Keyakinan

Ali Taher Ceramahi Menag Fachrul Razi Tentang Beda Ranah Agama Dan Keyakinan

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Kritik tajam disampaikan anggota Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong kepada Menteri Agama Fachrul Razi saat Rapat Kerja di DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (8/9).

Dalam sebuah video berdurasi 2.02 yang viral, Ali Taher yang mengenakan peci hitam dan batik biru tampak berapi-api menceramahi Menag Fachrul Razi tentang radikalisme.

Kritik itu berkaitan dengan pernyataan Fachrul Razi yang menyebut bahwa radikalisme bisa masuk ke masjid melalui orang-orang yang berpenampilan baik atau good looking.

“Jangan lagi muncul isu-isu radikalisme. Kalau tidak ada radikalisme, tidak akan pernah Namrud berjumpa dengan Ibrahim. Jika tidak ada radikalisme, Musa tidak akan bertemu dengan Firaun. Jika tidak ada radikalisme Muhammad tidak akan bertemu Abu Lahab, Abu Jahal,” ujarnya mengawali “ceramah” dengan nada tinggi.

Dia lantas menjelaskan bahwa radikalisme adalah akar dari persoalan teologis. Kekeliruan terjadi saat radikalisme digunakan dalam konteks politik, sehingga menghancurkan peradaban.

“Kalau menggunakan radikalisme untuk mengacau negara itu kita lawan. Karena Islam itu mengajarkan persatauan bangsa itu fardhu ain, hubbul wathon minnal iman,” terangnya.

Dia pun meminta kepada Menag Fachrul Razi untuk memahami perbedaan antara faith atau keyakinan dengan religion atau agama.

Agama adalah organisasi yang mengatur dan bukan isi dalam faith. Keyakinan, sambungnya, tidak boleh diganggu.

Dia mengurai bahwa masalah kerukunan antar umat beragama, hubungan antar umat beragama, dan hubungan antar umat beragama dengan negara adalah ranah religion atau agama.

“Tapi bicara soal shalat, zakat dan lain sebagainya itu faith. Anda tidak boleh masuk dalam wilayah itu,” tegasnya.

Dia pun meminta mantan wakil panglima TNI itu untuk bijak sebagai menag. Fachrul Razi harus menjadi wasit yang adil bagi seluruh umat.

“Anda menteri agama sebagai wasit. Jangan sampai anda wasit berjalan di dalamnya, kemudian anda kehilangan para pemain dan kemudian anda berjalan sendirian. Hati-hati. Bisa ditinggalkan umat,” tutup Ali Taher.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita