Adu Argumen PDIP vs Gerindra di Pusaran Heboh Pernyataan Ahok

Adu Argumen PDIP vs Gerindra di Pusaran Heboh Pernyataan Ahok

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Sosok Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok kembali menjadi sorotan setelah mengeluarkan pernyataan tentang aib manajemen Pertamina. Kritik tajam dilontarkan politikus Partai Gerindra yang juga anggota Komisi VI DPR, Andre Rosiade.

"Menurut saya sebagai anggota DPR Komisi VI, ya, yang mitra BUMN bahwa tidak gunanya Presiden mempertahankan Pak Basuki Tjahaja Purnama sebagai Komut Pertamina. Kenapa? Pertama, ya, yang bersangkutan selalu membikin gaduh," kata Andre kepada wartawan, Selasa (15/9/2020).

Menurut Andre, permasalahan internal Pertamina bukan untuk diumbar-umbar ke publik. Namun semestinya diselesaikan di internal Pertamina saja.

"Seharusnya komut itu kalau ada masalah, perbaikan, dia selesaikan di internal atau laporkan ke Menteri BUMN, tidak mengumbar ke keluar, sehingga menimbulkan kegaduhan dan memberikan citra negatif kepada Pertamina yang berjuang di semester kedua tahun 2020 ini untuk mengembalikan, mendapatkan keuntungan setelah di semester pertama rugi kan," papar Andre.

Andre menyayangkan upaya Pertamina memperbaiki kinerjanya justru dipatahkan dengan pernyataan-pernyataan Ahok yang negatif. Dia lalu meyinggung Ahok yang menurutnya tak aktif mengecek kondisi kilang dan unit hulu Pertamina selama menjabat sebagai Komut.

"Kalau memiliki kinerja baik, saya tanya, Pak Ahok itu bicara kilang, bicara ini, pernah nggak Pak Ahok... Pak Ahok itu ke kilang itu baru 1 kali, ke Tuban waktu mendampingi Presiden. Coba, pernah nggak ke kilang Pertamina yang lain?" sebut Andre.

"Lalu yang kedua, pernah nggak Pak Ahok ke unit hulu, ya, ke unit hulu Pertamina sekali saja? Catat kapan waktunya. Lalu tunjukkan ke kita prestasi Pak Ahok itu apa sih? Apa sih yang dilakukan Pak Ahok di Pertamina? Dia klaim ini kinerjanya. Yang mana?" imbuhnya.

Anggota DPR asal Sumatera Barat itu menuturkan perbaikan kinerja yang kini ditunjukkan Pertamina bukanlah hasil kerja Ahok. Karena itu, menurutnya, untuk perbaikan Pertamina ke depan, lebih baik Jokowi mencopot Ahok.

"Nah, untuk perbaikan ke depan, ya, saya usulkan sebagai mitra di Komisi VI DPR, saya usul Pak Jokowi lebih baik (Ahok) dicopot saja lah, supaya tidak menimbulkan kegaduhan, apalagi Pertamina lagi fokus perbaiki kinerja di semester kedua ini. Apalagi, Pertamina ini, sekarang di semester kedua ini, bulan Juni ini sudah mendapatkan laba operasi tercatat itu Juni 2020, 443 juta USD, di mana kinerjanya sudah kembali mulai membaik dan sudah mencatat laba operasi unit," papar Andre.

"Dan kalau direcoki dengan pernyataan-pernyataan yang menimbulkan kegaduhan dan citra negatif ke Pertamina itu kan nggak baik perusahaan, bagi korporasi. Kok komisaris malah bikin gaduh, komut malah memberikan citra negatif. Jadi lebih baik copot saja," lanjut dia.

Sekadar informasi, Komisi VI DPR merupakan alat kelengkapan dewan (AKD) yang memiliki ruang lingkup tugas di bidang, perindustrian, perdagangan, koperasi UKM, BUMN, investasi dan standarisasi nasional. Mitra kerja Komisi VI, di antaranya Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil-Menengah, Kementerian Negara BUMN, termasuk seluruh BUMN dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Andre Rosiade Buka Data soal Pertamina

Andre menilai Ahok sedang mencari perhatian dengan menyerang direksi Pertamina secara terbuka. Dia menyebut serangan yang dilepas Ahok tanpa dasar.

"Statement-statement Pak Ahok ini membuat gaduh dan cenderung tanpa dasar. Saya paham Pak Ahok butuh panggung, tapi tolong jangan menimbulkan citra negatif untuk Pertamina. Jangan kebanyakan bacot, apalagi Pak Ahok orang dalam Pertamina," kata Andre kepada wartawan, Rabu (16/9/2020).

Andre menjelaskan beberapa statement Ahok yang dinilainya tanpa dasar, seperti mengatakan bahwa Pertamina lebih suka beli blok migas di luar negeri daripada eksplorasi dalam negeri. Faktanya, kata Wakil Rakyat Sumbar itu, banyak eksplorasi dalam negeri yang telah dilakukan Pertamina.

"Statement Pak Ahok ini tidak benar. Dalam data yang kami miliki dalam rangka menambah produksi di hulu, pada tahun 2019 Pertamina melakukan pengeboran sekitar 240 sumur eksplorasi dan eksploitasi dengan 800 work over. Lebih dari 60% investasi di Pertamina adalah untuk hulu migas. Bahkan, untuk menambah cadangan, sepanjang tahun 2019 Pertamina melakukan studi seismik di 35 cekungan dengan panjang 31.114 km. Studi seismik yang dilakukan Pertamina ini merupakan studi seismik terpanjang di Asia Tenggara dalam waktu 10 tahun terakhir," paparnya.

"Hasil studi seismik sampai menjadi produksi memerlukan waktu paling cepat 7 tahun. Oleh sebab itu, untuk menambah produksi dan cadangan hulu migas saat ini diperlukan akuisisi blok hulu migas yang sudah berproduksi, sehingga bisa langsung menambah cadangan dan produksi migas Pertamina. Akuisisi yang dilakukan oleh Pertamina di dalam negeri dilakukan pada blok-blok yang sudah habis kontrak PSC-nya. Sedangkan akuisisi di luar negeri dilakukan pada blok-blok yang sudah berproduksi dan memiliki cadangan yang besar," sambung Andre.

Selain soal eksplorasi blok migas, Ahok mengatakan Pertamina tidak pernah membangun kilang. Menurut Andre, statement ini tidak benar dan tanpa data. Pada 2019, Pertamina membangun beberapa kilang.

"Selama menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina, sudah berapa kali sih Pak Ahok melakukan kunjungan ke kilang-kilang Pertamina? Setahu saya Pertamina telah membangun Kilang Langit Biru Cilacap Tahun 2015-2019. Kilang ini sudah mulai beroperasi Juli 2019 yang menambah produksi Pertamax sehingga mengurangi impor BBM. Selain itu, ada Kilang RDMP Balikpapan sudah mulai dibangun sejak April 2019 dan akan selesai pada tahun 2023 sehingga nantinya kapasitas produksi Kilang Balikpapan menjadi 360.000 bpd. Juga ada Kilang Petrokimia di TPPI (revamping aromatic) yang sudah mulai dibangun sejak tahun 2019, dan akan selesai di tahun 2022," kata Ketua Gerindra Sumbar ini.

Lalu soal statement Ahok yang mengatakan bahwa Pertashop atau program SPBU mini tidak jalan, Andre mengatakan, berdasarkan data yang dimilikinya sejak diluncurkan pada Februari 2020 sampai saat ini, sudah terbangun sekitar 500 Pertashop dengan kerja sama bersama pihak swasta ataupun BUMDES, sampai akhir 2020 ditargetkan akan terbangun 4.300 Pertashop di seluruh Indonesia.

"Data soal Pertashop aja Pak Ahok bisa keliru, padahal data tersebut selalu di-update. Saya jadi bertanya-tanya siapa sebenarnya yang bisikin Pak Ahok agar Pertamina gaduh terus?" ujar Andre.

Andre juga mengkritik sikap Ahok yang disebutnya merasa paling benar sendiri. Menurut Andre, hal ini tidak elok. Komisaris dan direksi di BUMN paling tidak punya satu agenda rapat bersama dalam satu bulan.

Untuk Pertamina, menurut Andre, rapat bersama ini bahkan dilakukan seminggu sekali, setiap Kamis. Seharusnya, dia melanjutkan, Ahok mengoptimalkan rapat tersebut.

"Ahok ini selalu teriak soal banyak 'maling' di Pertamina. Saran saya, bila Pak Ahok memang punya bukti, sebaiknya laporkan saja ke pihak yang berwenang. Kan ada KPK, Kejaksaan, dan juga Kepolisian. Jangan tuduh sana-sini, tapi sebenarnya tidak ada bukti. Direksi Pertamina setahu saya sudah melakukan banyak upaya untuk membersihkan Pertamina melalui kerja sama dengan aparat penegak hukum. Bulan lalu Pertamina bekerja sama dengan KPK dan telah berhasil menyelamatkan aset perusahaan sebesar Rp 9,5 T. Selain itu, Pertamina juga telah mendapat sertifikat ISO 37001 Sistem Manajemen Anti Suap. Untuk itu saya usul sebaiknya Presiden Jokowi dan Menteri BUMN copot saja Pak Ahok daripada terus membuat kegaduhan yang tidak perlu," ulas mantan Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti ini.

Andre meminta tak ada pihak yang merasa superior seolah-olah paling benar kerjanya, paling bersih, dan tidak pernah salah. "Pertamina tidak butuh Superman, tetapi butuh Superteam yang bersama-sama memajukan Pertamina dan Industri Migas Nasional," pungkas Andre.(rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita