Salim Said: Jokowi Korban Debt Collector

Salim Said: Jokowi Korban Debt Collector

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Jabatan presiden yang saat ini diemban Joko Widodo boleh jadi bukan berasal dari sebuah keinginan murni. Tapi karena adanya dorongan dan rayuan dari sejumlah pihak yang menginginkan timbal balik saat Jokowi menjadi presiden.

Masyarakat pun diingatkan Guru Besar Universitas Pertahanan, Profesor Salim Said, bahwa saat kampanye untuk jadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi menyebut akan menolak jika dilamar menjadi presiden.

Namun, hanya dua tahun kepemimpinannya di DKI Jakarta, Jokowi akhirnya mau menjadi presiden setelah didorong sejumlah pihak dari elite politik.

“Pak Jokowi kalau diselidiki dengan baik, mula-mula kan reluctant. Masih ingat enggak kampanye dia jadi Gubernur? Kalau ditanya wartawan soal mau enggak jadi presiden, 'oh tidak mau, jadi gubernur saja'. Tapi ada satu keadaan yang Anda-anda tidak bisa tolak, kalau Anda didorong naik ke situ,” ujar Salim Said di acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa malam (18/8).

Pakar militer senior ini menambahkan, pihak-pihak yang mendorong Jokowi menjadi presiden saat menjabat sebagai Gubernur DKI, merupakan debt collector yang menginginkan timbal balik dari orang yang diusungnya untuk memegang kekuasaan.

“Siapa yang mendorong naik ke situ? Ada macam-macam kekuatan, itu yang saya sebut oligarki. Dalam sebuah buku, saya cerita mengenai debt collector. Jadi ini kalau bisnis orang yang memperjuangkan Pak Jokowi jadi presiden itu orang yang satu kali menjadi debt collector, 'eh gue angkat lo jadi presiden gue dapat apa?'” katanya.

Setelah mendapatkan kekuasaan, menjadi pemimpin Indonesia, Jokowi sama halnya dengan Pak Harto dianggap Salim sebagai korban dari sebuah sistem.

“Nah itu sebabnya saya tidak mengkritik Pak Jokowi, sebagai pribadi, ini (karena) sebuah sistem,” imbuhnya.

Dia pun teringat sahabatnya yang mengatakan Soeharto bukanlah orang jahat, melainkan korban sebuah sistem. Sama seperti yang dialami Jokowi.

“Seorang teman saya penyair mengatakan, itu sudah tahun 80-an, kalau tentara-tentara menodong Pak Harto mundur maka lebih banyak lagi tentara yang tidak resmi akan membela Pak Harto, siapa yang membela? Orang yang diuntungkan,” tegasnya.

“Sama dengan sekarang ini, Ya Allah kasihanilah Pak Jokowi, mungkin kesalahannya karena dia enggak belajar ilmu politik. Dia terima ketika dirayu-rayu jadi presiden. Paling-paling itu doa saya supaya Anda-anda semua tidak memaki-maki Pak Jokowi, dia itu adalah korban saja,” tandasnya. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita