Taiwan Beli Senjata Rudal Lockheed Martin Rp 9 T, China-AS Memanas

Taiwan Beli Senjata Rudal Lockheed Martin Rp 9 T, China-AS Memanas

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - China akan memberikan sanksi kepada kontraktor pertahanan Amerika Serikat Lockheed Martin atas keterlibatannya dalam penjualan senjata rudal Patriot Surface-to-Air yang menelan biaya sekitar US$ 620 juta setara Rp 9 triliun (kurs Rp 14.500) ke Taiwan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa sanksi tersebut sebagai bentuk tegas China dalam menentang penjualan senjata AS ke Taiwan. Namun, Zhao tidak menjelaskan sanksi seperti apa yang diberikan kepada Lockheed Martin.

"China tegas menentang penjualan senjata antara AS dan Taiwan. Amerika Serikat harus berhenti menjual senjata ke Taiwan dan memutuskan hubungan militernya dengan Taiwan, sehingga tidak akan ada hubungan bilateral antara China dan AS," tegas Zhao, dikutip dari CNN, Rabu (15/7/2020).

Amerika Serikat adalah salah satu pemasok senjata utama di Taiwan. Menurut Central News Agency Departemen Luar Negeri AS pekan lalu menyetujui permintaan Taiwan untuk meningkatkan senjata rudal Patriot Surface-to-Air.

Masalah ini pun meningkatkan ketegangan perang dagang antara China dan AS.

AS beberapa pekan terakhir ini telah memperketat sanksi terhadap Huawei dan mengancam untuk melarang perusahaan teknologi China berada di AS. Kini China tegas akan memberikan sanksi pejabat dan anggota parlemen AS jika mencampuri urusan internasional China.

Menurut pakar teknologi rudal dan strategi nuklir asal China, Yang Chengjun mengatakan penjualan senjata rudal ke Taiwan itu hanya bentuk simbolis yang hanya memberikan separatis antara Taiwan dan China. Dibandingkan meningkatkan kemampuan militer Taiwan.

Kesepakatan penjualan senjata ke Taiwan bahkan memberikan keuntungan bagi Lockheed Martin yang mana penjualan rudal dan senjata api kurang dari 20% akan memberikan dua kali lipat pendapatan aeronautika, yang mencakup penjualan jet tempur F-35 perusahaan. Saat dimintai keterangan, Lockheed Martin belum memberikan konfirmasi perihal masalah tersebut.
(Dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita