Soal Utang BUMN, Fadli Zon: Bisa Picu Krisis Lebih Besar seperti 1998

Soal Utang BUMN, Fadli Zon: Bisa Picu Krisis Lebih Besar seperti 1998

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Mantan Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengkritisi utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dinilai semakin membengkak. Menurutnya, jika utang BUMN semakin bertambah, hal itu bisa memicu terjadinya krisis yang lebih besar.

Melalui akun Twitter-nya @fadlizon, ia membeberkan simulasi kerugian negara yang disebabkan akibat utang BUMN bertambah. Menurutnya, hal ini hampir sama dengan krisis yang sempat melanda negara pada tahun 1998.

"Ada tiga kondisi fundamental yang memicu terjadinya krisis finansial pada tahun 1997/1998, yaitu gagal bayar utang korporasi, turunnya modal masuk, dan sistem keuangan yang rentan. Saya khawatir kita sedang menghadapi kondisi yang sama saat ini. Salah satunya adalah terkait krisis utang dan risiko gagal bayar BUMN kita," jelasnya via Twitter.

Menurut Fadli Zon, BUMN saat ini terlilit utang yang sangat banyak lantaran Presiden Joko Widodo gencar membangun infrastruktur di saat negara tak memiliki uang. Akhirnya, BUMN terpaksa mengambil utang.

"Presiden @jokowi ingin membangun berbagai infrastruktur fisik, yang sebagian besarnya berupa infrastruktur konsumtif seperti jalan tol dan bandara, saat negara tak punya pemasukan. Akhirnya, BUMN kita yang dijadikan korbannya. Mereka dipaksa untuk membangun dengan jalan mencari utangan," katanya.

Ia kemudian memperingatkan agar jangan sampai BUMN menjadi pemicu terjadinya krisis ekonomi yang lebih besar seperti yang pernah terjadi pada tahun 1998.

"Saya kira ini harus diperhatikan betul. Jangan sampai BUMN justru jadi katalis, bahkan menjadi pemicu bagi terjadinya krisis yang lebih besar," ujarnya.

Tak hanya itu, Fadli juga mengimbau agar pemerintah tak lagi mengizinkan BUMN untuk mengambil utang lebih banyak di masa depan. Ia minta pemerintah berhenti menjadikan BUMN sebagai "Kuda Troya".

"Saya kira, ke depan, pemerintah tak boleh lagi menjadikan BUMN sebagai "Kuda Troya" untuk berutang, terutama utang luar negeri," pungkasnya. []

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA