Pulau Jawa 3 Kali Gempa dalam Sehari, Ada Potensi Gempa Besar Susulan?

Pulau Jawa 3 Kali Gempa dalam Sehari, Ada Potensi Gempa Besar Susulan?

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Selasa (7/6), pulau Jawa diguncang tiga kali gempa dengan magnitudo yang cukup kuat. Guncangan gempa tersebut terdeteksi oleh alat seismometer milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).  

Ketiga gempa tersebut terjadi dalam rentang waktu 6,5 jam. Gempa pertama terjadi di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, pada pukul 05.54 WIB dengan magnitudo paling besar, yakni 6,1. 

Gempa 6,1 M di Jepara terasa di berbagai wilayah di Jawa hingga Bali. Tepatnya Yogyakarta, Purworejo, Kuta, Denpasar, Kebumen, Banjarnegara, Cilacap, Boyolali, Krui, Pangandaran, Tanggamus, Gianyar, Pekalongan, Malingping, dan Sumur. 

Gempa selanjutnya terjadi di Banten pukul 11.44 WIB. Kekuatan gempa sebesar 5,1 magnitudo yang berpusat di Rangkasbitung, Banten, itu terasa hingga Jakarta. Gempa ketiga terjadi di Pangandaran, Jawa Barat, dengan kekuatan sebesar 5,0 magnitudo terjadi pukul 12.17 WIB. 

Rentetan gempa ini lantas mengundang tanda tanya: Apakah ketiga gempa besar tersebut memiliki hubungan satu sama lain? Muhamad Sadly, Deputi Bidang Geofisika BMKG menjawab, rentetan gempa yang terjadi kemarin tidak saling berhubungan. Ketiga gempa disebutnya memiliki sumber, kedalaman, dan mekanisme yang berbeda.  

“Jadi, masing-masing sumber gempa mengalami akumulasi sumber tegangan sendiri-sendiri, mencapai stress maksimum sendiri-sendiri, hingga selanjutnya mengalami rilis energi sebagai gempa juga sendiri sendiri,” ujar Sadly saat dihubungi, Selasa (7/7). 

Ini adalah konsekuensi logis daerah dengan sumber gempa yang sangat aktif dan kompleks. Wilayah Indonesia punya banyak sumber gempa yang disebut ring of fire, sehingga ketika ada gempa terjadi secara beruntun di suatu wilayah dalam waktu yang relatif berdekatan, itu hanya kebetulan.  

“Jadi pada intinya, gempa yang terjadi punya mekanismenya sendiri. Karena wilayah kita memang memiliki sumber gempa yang cukup banyak, sehingga kalau terjadi gempa beruntun itu hanya kebetulan saja,” paparnya.  

Lebih lanjut Sadly mengatakan, potensi terjadinya gempa susulan masih sangat mungkin terjadi mengingat magnitudo gempa yang cukup besar.  

Soal apakah rentetan gempa bumi ini sebagai pertanda akan terjadinya gempa besar? Sadly menyebut bahwa hal itu sangat sulit diprediksi. Dalam ilmu gempa atau seismologi, khususnya pada teori tipe gempa, ada tipe gempa besar yang biasanya diawali dengan gempa pendahulu atau gempa pembuka. Kemudian ada juga gempa besar yang didahului rentetan gempa pembuka.  

“Tetapi rentetan gempa yang terjadi di suatu wilayah juga belum tentu berakhir dengan gempa besar. Jadi, kemungkinan semua ada, itulah karakteristik tipe gempa dengan ketidakpastian,” katanya.  

Terakhir, Sadly mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan meningkatkan mitigasi bencana. Sebab, tak bisa dimungkiri bahwa Indonesia masuk dalam salah satu negara dengan wilayah rawan gempa dan tsunami. Masyarakat juga disarankan agar tidak termakan informasi hoaks. Selalu pantau informasi kegempaan resmi di situs web BMKG. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita