Peringkat 16 Dunia, Militer Indonesia Rajai Asia Tenggara

Peringkat 16 Dunia, Militer Indonesia Rajai Asia Tenggara

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pandemi virus Corona (Covid-19) yang terjadi di Indonesia, tidak menyurutkan kekuatan tempur Tentara Nasional Indonesia (TNI). Bahkan, pada tahun 2020 ini, Global Fire Power menyebut kekuatan militer Indonesia berada di posisi 16 dari 137 negara di seluruh dunia.

Peringkat ini menjadikan militer Indonesia nomor 1 di Asia Tenggara, mengungguli Singapura dan Malaysia.

Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto bahkan memuji kekuatan militer Indonesia di tengah keterbatasan yang ada. Kondisi Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) Indonesia saat ini disebut sudah lebih maju.

Untuk meningkatkan kekuatan tempur, Prabowo fokus untuk mendatangkan pesawat tempur, kapal, dan radar, termasuk industri peluru dengan mendorong PT Pindad. Prabowo optimistis Indonesia akan lebih mandiri di bidang alutsista dalam lima tahun ke depan.

Dalam hal kemampuan personel militer, Indonesia memang tidak diragukan. Prajurit TNI memiliki keterampilan dan kemampuan tempur yang banyak dipuji banyak negara. Begitu pun jumlah alutsista tiga angkatan militer yang ada, Indonesia tergolong besar. Namun, kekuatan militer ini belum tentu mencerminkan ketahanan Indonesia tatkala harus menghadapi perang.

Sementara itu, DPR mengapresiasi Indonesia yang menempati urutan ke-16 kekuatan militer dunia. Anggota Komisi I DPR Dave Akbarshah Laksono menyebut militer dalam negeri mumpuni karena jumlah personel TNI aktif mencapai 400.000 orang dan wilayah yang diamankan pun jauh lebih luas ketimbang negara tetangga.

Di tengah meningkatnya eskalasi kawasan, termasuk di Laut China Selatan, penguatan militer memang hal yang tidak bisa ditawar. Dia menyebut ancaman Indonesia tinggi sehingga mengharuskannya memiliki kekuatan pertahanan yang mumpuni.

Politikus Partai Golkar ini setuju bahwa jumlah personel dan banyaknya alutsista tidak lantas membuat militer sebuah negara dinilai kuat sehingga mampu menciptakan efek gentar pada lawan. Kuncinya adalah modernisasi alutsista.

Dia mencontohkan Singapura. Meskipun itu negara kecil dan personelnya sedikit, pengadaan alutsista di Singapura lebih cepat dan lebih lengkap. Begitu juga Malaysia yang wilayahnya jauh lebih kecil ketimbang Indonesia.

Oleh karena itu, dia setuju dengan pandangan bahwa alutsista Indonesia masih perlu dimodernisasi, dilengkapi dan juga ditambah di setiap matra TNI. Begitu juga dengan pelatihan para personel TNI. “Sekarang seberapa kuat komitmen pemerintah, seberapa besar keinginan pemerintah untuk mau memperkuat itu,” katanya.

Kendati demikian, postur pertahanan diakui Indonesia juga masih memiliki sejumlah kekurangan. Misalnya dari segi anggaran yang masih belum optimal.

Pada pembahasan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2021, Kementerian Pertahanan (Kemhan) mendapatkan pagu indikatif Rp129 triliun atau mendekati Rp130 triliun. Namun, karena dinilai kurang, Kemhan mengusulkan tambahan sekitar Rp19 triliun sehingga mencapai Rp150 triliun. Jumlah ini pun masih jauh dari kebutuhan pertahanan yang sesungguhnya.

“Komisi I DPR mendukung penambahan anggaran untuk Kemenhan karena ancamannya memang nyata. Namun DPR juga memaklumi kemampuan pemerintah,” pungkasnya. []

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA