Nadiem Harus Dicopot, Buat Dunia Pendidikan Berkabung hingga Lecehkan NU & Muhammadiyah

Nadiem Harus Dicopot, Buat Dunia Pendidikan Berkabung hingga Lecehkan NU & Muhammadiyah

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Ketua Umum Perhimpunan Pergerakan Jejaring Nasional Aktivis 98 (PPJNA 98), Anto Kusumayuda, menilai dunia pendidikan di bawah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.

Anto menyebut dunia pendidikan justru berkabung dengan adanya polemik mengenai kebijakan Kemendikbud. Mulai dari polemik Program Organisasi Penggerak (POP) hingga keterlibatan organisasi CSR milik perusahaan swasta sekelas Tanoto Foundation dan Sampoerna untuk pelatihan guru.

“Di tengah pandemi Covid-19 anggaran pendidikan dipangkas, kondisi dunia pendidikan masih memprihatinkan, nasib guru Indonesia masih jauh dari sejahtera, tunjangan guru disetop, tiba-tiba ada kabar yang memprihatinkan, berkabungnya dunia pendidikan Indonesia,” ucap Anto dalam keterangannya, Jumat (24/7).

Dia mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Terlebih lagi dua organisasi besar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, menarik lembaga pendidikannya dari POP Kemendikbud. Padahal, peran dua lembaga itu tidak perlu diragukan lagi dalam memajukan dunia pendidikan Indonesia.

“Keluarnya Muhammadiyah dan NU dari POP Kemendikbud menandakan bahwa Mendikbud, Nadiem Makarim, tidak layak menjadi seorang menteri, gagal merangkul dan tidak menghargai, melecehkan dua organisasi besar sebagai motor penggerak pendidikan di Tanah Air,” ucap dia.

Atas dasar itu, dia meminta agar Nadiem Makarim segeara meminta maaf kepada keluarga besar Muhammadiyah dan NU. Dia menilai Nadiem Makarim gagal memimpin Kemendikbud, menghianati marwah dan jati diri dunia pendidikan karena memposisikan sebagai wakil kepentingan kapitalisme global dan kepanjangan tangan konglomerat.

“Kemudian, kami juga meminta sebaiknya Bapak Presiden Jokowi mencopot Nadiem Makarim dari jabatannya untuk selamatkan dunia pendidikan Indonesia,” ucap Anto. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita