Kolonel Maulwi Saelan, Prajurit TNI yang Berani Menantang Rusia

Kolonel Maulwi Saelan, Prajurit TNI yang Berani Menantang Rusia

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Tak hanya dalam pertempuran, seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) tentu harus mampu berjuang di segala medan dan kondisi. Ada yang menjadi dokter, insinyur, guru, dan bahkan sebagai atlet. Salah satu sosok yang punya jasa besar adalah mendiang Kolonel CPM (Purn.) H. Maulwi Saelan.

Sudah hampir empat tahun sejak Maulwi menghembuskan nafas terakhirnya pada 10 Oktober 2016. Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Agustus 1926, Maulwi adalah salah satu dari jutaan pejuang kemerdekaan Indonesia.

Saat masih muda, Maulwi mengawali karier militer bersama Laskar Pemberontak Republik Indonesia Sulawesi (Lapris) pada 1945. Setelah itu, sejumlah posisi pernah dipegang oleh prajurit TNI dari kesatuan Corps Polisi Militer (CPM) ini.

Yang membuat nama Maulwi mencuat di dunia kemiliteran, adalah pada saati menjadi Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa, atau yang sekarang lebih dikenal dengan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), mulai 1964 hingga 1966. Setelah itu, Maulwi semakin dikenal publik saat menjadi ajudan Presiden Republik Indonesia (RI) pertama, Ir. Soekarno.

Akan tetapi, jauh sebelum Maulwi dekat dengan Presiden Soekarno ia justru memilih berjuang lewat jalur di luar dunia militer. Selain sebagai prajurit Sapta Marga, Maulwi adalah seorang pesepakbola handal di masanya. Ya, jiwa militernya terlihat saat menjadi kapten Timnas Sepakbola Indonesia saat berlaga di Olimpiade 1956 Melbourne.

Siapa sangka, Maulwi yang memang punya cita-cita berlaga di Olimpiade, akhirnya menggapai mimpinya. Yang paling terkenal dari sosok Maulwi di dunia sepakbola, adalah pada saat membawa Timnas Indonesia menahan imbang raksasa sekelas Uni Soviet (saat ini Rusia).

Menurut data yang dikutip VIVA Militer dari situs resmi FIFA, Maulwi yang berposisi sebagai penjaga gawang, berhasil mengantar Indonesia menembus babak perempatfinal Olimpiade 1956.  

Pada pertemuan pertama di Olympic Park Stadium, Melbourne, Maulwi jadi salah satu pahlawan yang membuat Indonesia mampu menahan imbang tim kuat sekelas Uni Soviet dengan skor 0-0, 29 November 1956.

“Saya jatuh bangun menahan gelombang serbuan beruang merah. Pokoknya, kami bertekad tidak menyerah. Waktu itu masih belum ada peraturan, kalau hasil pertandingan draw, harus dilakukan sudden death tendangan penalti.” ujar Maulwi seperti dikutip dari Sukarno.org.

Padahal saat itu, armada Beruang Merah diperkuat oleh nama-nama besar semisal Boris Tatushin, Sergei Salnikov, Igor Netto, dan kiper legendaris dunia, Lev Yashin. Sayang, Maulwi gagal membawa Indonesia lolos ke semifinal, lantaran dalam pertemuan kedua di stadion yang sama, Indonesia kalah 0-4 dari Uni Soviet, 1 Desember 1956. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita