Hagia Sophia, Simbol Kebangkitan Islam

Hagia Sophia, Simbol Kebangkitan Islam

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Jum’at (10/7) lalu, pengadilan administrasi utama Turki mencabut status Hagia Sophia sebagai museum. Keputusan pengadilan tersebut telah membatalkan keputusan kabinet pada 1934. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menindaklanjuti pengumuman tersebut dengan mengatakan bahwa Hagia Sophia difungsikan kembali menjadi masjid. “Kebangkitan Hagia Sophia…,” begitu tulis Erdogan dalam akun @RTErdogan, Sabtu (11/7). Sambutan kegembiraan datang dari berbagai penjuru dunia. Hagia Sophia akan resmi dipakai untuk shalat Jum’at pad tanggal 24 Juli mendatang.

Hagia Sophia dibangun untuk pertamakalinya pada tahun 360 Masehi oleh Kaisar Bizantium, Constantius I. Peruntukannya sebagai gereja buat jemaat Kristen Ortodoks Yunani di Konstantinopel (Istanbul). Bangunan ini pada 404 terbakar, dan direnovasi untuk pertama kalinya. Dalam proses sejarah, untuk ketiga kalinya Hagia Sophia dibangun-ulang selama 5 tahun dan selesai pada 27 Desember 537 M, di masa Kaisar Justinian memegang tampuk kekuasaan Bizantium (Romawi Timur).

Ketika pada 1453, Sultan Muhammad Al Fatih (Mehmed II) dari Dinasti Ottoman menguasai Kontantinopel, Hagia Sophia difungsikan sebagai masjid. Nama Kontatinopel diganti menjadi Istanbul. Di bawah Kesultanan Ottoman, Hagia Sophia juga mengalamai beberapa kali perbaikan dan perluasan. Pada tahun 1935, di masa Presiden Mustafa Kemal Attarturk yang sekuler itu, Hagia Sophia dijadikan museum. Pada tahun 1985, UNESCO menetapkan Hagia Sophia sebagai Warisan Dunia dan menjadi tujuan wisata dunia.

Oleh sebab itu, ketika Hagia Sophia difungsikan kembali sebagai masjid, banyak pihak yang keberatan, termasuk UNESCO. Alasannya sederhana, mereka khawatir masjid tersebut tak lagi bisa dikunjungi oleh wisatawan. Tetapi, kekhawatiran tersebut tidak perlu, karena pemerintah Turki menjamin bahwa wisatawan asing, baik muslim maupun non-muslim, tetap bisa mengunjungi Hagia Sophia.

Nantinya, peran Hagia Sophia seperti katedral Notre Dame di Perancis, selain sebagai tempat ibadah, ia juga merupakan obyek tujuan wisatawan. Begitu pula dengan Masjid Qolşärif (dikenal juga sebagai masjid Biru)yang ada di kota Kazan, Ibukota Tatarstan, sekitar 820 kilometer sebelah timur Moskow. Masjid Qolşärif berada di Kazan Kremlin, dan dibangun pada abad ke-16.

Kota Kazan adalah kota paling penting di Rusia dan penduduknya mayoritas beragama Islam. Di masjid Qolşärif ini, masjid terbesar di yang ada di Rusia, selain dipakai ibadah oleh umat Islam, wisatawan non-muslim pun bisa mengunjungi masjid ini, tentunya, dengan protokol yang telah ditetapkan oleh para pengurusnya. Antara lain, bagi mereka yang non-muslim, masuk masjid dengan alas kaki yang telah disediakan oleh pengurus, berupa sandal dari plastik. Hal ini untuk menjaga kesucian masjid ini. Bagi yang muslim, tentu saja bisa bebas tanpa alas kaki, setelah terlebih dahulu mengambil wudhu atau dalam keadaan suci.

Jika pada tahun 1453 Sultan Al-Fatih menaklukkan Kontatinopel dan mengubah gereja menjadi masjid, kini di era Erdogan, museum itu dikembalikan lagi fungsinya menjadi masjid. Hal ini, salah satu tafsirnya, Turki sudah kembali ke Islam, tidak lagi sekuler sebagaimana dirintis oleh Mustafa Kemal Attarturk. Merujuk pada pernyataan Erdogan, “Kebangkitan Hagia Sophia …” adalah kebangkitan Islam untuk dunia! Wallahu A’lam (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita