Dolar Kembali Hantam Rupiah, Prediksi Rizal Ramli Benar Lagi!

Dolar Kembali Hantam Rupiah, Prediksi Rizal Ramli Benar Lagi!

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami terjun bebas, pada Jum’at (3/7). Diketahui, mata uang Garuda tersebut ditutup melemah 145 poin atau 1,01 persen menjadi Rp 14.523 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.378 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan rupiah melemah menjadi Rp 14.566 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 14.516 per dolar AS.

Sebelumnya, pada Kamis (2/7/2020), kurs tengah BI berada di Rp 14.516. Rupiah melemah signifikan 1,22% dibandingkan posisi hari sebelumnya (Rabu 1/7/2020) dan menempati posisi terlemah sejak 29 Mei.

Sementara di pasar spot, nasib rupiah setali tiga uang. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.260 di mana rupiah melemah 0,49%.

Ironis, nilai mata uang rupiah menurun, sementara mata uang utama Asia lainnya cenderung menguat di hadapan dolar AS. Selain rupiah, hanya yen Jepang dan dolar Taiwan yang melemah. Apalagi depresiasi yen dan dolar Taiwan tipis saja sehingga rupiah sampai saat ini masih menjadi mata uang terlemah di Asia.

Padahal, nilai tukar rupiah sempat berada di level Rp 13.000. Mengutip data Bloomberg, Rabu (10/6) pagi, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 13.937,50.

Namun demikian, dengan jatuhnya nilai tukar rupiah, artinya, kekuatan nilai mata uang Garuda tersebut hanya mampu bertahan beberapa pekan saja. Hal ini disebut-sebut karena Indonesia telah banyak menyedot utang.

Ekonom senior Rizal Ramli mengungkapkan, bahwa ia telah memprediksi sebelum terjadi penurunan terhadap mata uang rupiah. Dirinya mengungkapkan beberapa pekan lalu pemerintah sempat menerbitkan bond lebih dari 10 miliar dolar yang diikuti dengan menguatnya rupiah.

Namun, penguatan rupiah itu, menurutnya, tidak natural karena tidak disertai dengan fundamental ekonomi yang kuat. “Rupiah menguat karena dolar Amerika memang lagi drop terus, karena Amerika menerbitkan stimulus dengan mencetak uang 2 triliun dolar AS, ya otomatis nilai dolar terhadap mata uang lain rontok, nolong rupiah. Tapi juga karena kita nerbitin bond 10 miliar dolar, di-dopping, jadi rupiah lebih stabil sekitar 14 ribu,” ujarnya, hari ini.

Rizal juga mengungkapkan, bahwa nyaris semua indikator makro ekonomi menunjukkan negatif., namun ia mempertanyakan mengapa rupiah sempat menguat. “Semua indikator makro ekonomi ini negatif, tapi kok rupiah stabil? Menurut saya ini terjadi karena di Amerika sana mereka sedang nyetak uang besar sekali. Stimulus terakhir di sana US$ 2 triliun, akibatnya mata uang dollar anjlok, mata uang lain jadi kuat. Ini stabilitas semu,” tambahnya.

Adapun ia menambahkan, bahwa dengan adanya pinjaman luar negeri yang terus bertambah akan berdampak negatif untuk perekonomian dalam negeri, Makin lama pinjaman makin besar dan bunganya alias yield itu makin tinggi.. dan ini yang bikin ekonomi Indonesia babak belur,” tutupnya. (*)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA