Bongkar Kasus Pejabat Gereja soal Perempuan, Sastrawan Felix Nesi Ditahan Polisi

Bongkar Kasus Pejabat Gereja soal Perempuan, Sastrawan Felix Nesi Ditahan Polisi

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Sastrawan Felix Nesi dikabarkan ditahan Polsek Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, Jumat (3/7/2020) malam.

Diduga Felix Nesi menghancurkan kaca rumah karena meluapkan kekecewaan terhadap pejabat gereja.

Felix Nesi menuliskan ini di akun facebooknya, bahwa dirinya dilaporkan oleh komunitas Pastoran SMK Bitauni. Sekolah ini tidak jauh dari rumah Felix Nesi.

Pemenang Sayembara Novel DKJ 2018 ini diketahui sedang membongkar kasus seorang pejabat gereja. Namun tidak diindahkan, akhirnya ia meluapkan kekecewaan dengan hancurkan kaca rumah dengan Helm.


“Kini, sekolah itu mempunyai lebih dari 100 siswi. Tapi sekitar bulan Januari/Februari, Romo A pindah ke sana. Romo A adalah seorang pastor yang, saat itu, dipindahkan dari paroki Tukuneno karena bermasalah dengan perempuan. Ia berbuat salah kepada perempuan, dan tak perlu kita bahas detailnya,” tulis Felix Nesi di akun facebook, Jumat (3/7/2020).

Menurut Felix Nesi, Romo A yang diduga bermasalah dengan perempuan dipindahkan ke sekolah yang dihuni kebanyakan para perempuan. Melihat ini, Felix Nesi langsung menemui Romo Kepala Sekolah agar Romo A dipindahkan saja.

Namun,  jelas Felix Nesi, Romo Kepala menyuruhnya untuk berbicara langsung dengan Uskup. Romo A dipindahkan ke SMK Bitauni hanya sementara.


“Romo Kepala bilang: Felix, kamu harus bicara langsung dengan uskup. Kami bicara lama sekali. Seperti bapak dan anak. Di akhir pembicaraan, Romo Kepala bilang, ya, SK Romo A ini hanya sementara, hanya untuk satu atau dua bulan. Sesudah itu, ia akan pindah lagi. Ini istilahnya hanya penyegaran,” pungkasnya.

Memegang janji ini, sebulan kemudian Felix Nesi kembali mendatangi dan bertanya tentang SK sementara Romo A.

“Saya ke sana tepat saat makan malam. Saya monolog di depan romo-romo, di depan Mgr. Pain Ratu, berbicara tentang kekecewaan saya. Di situ juga ada Romo A, saya bilang: Romo, tolong, pindahlah dari sini, carilah tempat sepi untuk berefleksi, untuk menentukan pilihan-pilihan, sebelum berkarya kembali,” tandasnya.

Pertemuan ini membuat Felix Nesi kecewa karena Romo Kepala tidak menepati janjinya, bahwa Romo A hanya dipindahkan sementara. Felix Nesi menilai, Romo Kepala telah berbohong.

“Romo Kepala spontan bilang: “Saya tidak pernah berbohong, ingat itu!” Saya kira ia juga mulai marah ketika dibilang berbohong. Maka saya kembali memegang kata-katanya. Ia seorang pekerja keras, saya menghormati kerja-kerjanya di sekolah itu — mengubah sekolah yang dulu hanya hutan menjadi lebih baik. Maka saya menunggu. Mungkin, pikir saya, bulan depan sudah akan pindah,” jelasnya.

Pada 3 Juli 2020, Felix Nesi kembali bertamu untuk memastikan keberadaan Romo A. Kabarnya, Romo A masih di sekolah tersebut.

“Saya kecewa sekali. Di novel saya, Orang-Orang Oetimu, saya menulis tentang pastor yang sukanya melindungi kebusukan pastor lain. Apakah saya baru saja melihatnya di dunia nyata ini? Saat menggarap novel, saya pernah mewawancarai seorang bapak yang mengasingkan anak perempuannya ke kampung sesudah anak tunggalnya itu dihamili seorang pastor — pastor itu tetap di kota, anaknya yang ‘disembunyikan’. Bapak itu menangis sambil bercerita. Antara putus asa dan terluka, tetapi tetap mengasihi anak perempuan (dan cucu)-nya. Hanya ia yang menangis, tetapi kami sama-sama terluka,” jelas Felix Nesi dalam postingan di akun facebooknya.

Felix Nesi semakin kecewa dengan pihak gereja yang tidak mengindahkan permintaannya. Pasalnya, ia menilai tidak tepat seorang Romo dipindahkan ke sekolah itu, yang diduga sedang bermasalah di daerah lain.

“Saya kecewa juga pada keuskupan yang hanya memindah-mindahkan saja pastor bermasalah. Dari paroki yang penuh cewek OMK, ke sekolah yang penuh siswi. Tanpa memikirkan pentingnya hari-hari sepi untuk refleksi bagi pastor yang kekosongan hatinya hanya bisa diisi oleh afeksi perempuan — pastor yang tidak cukup dihibur oleh badminton, atau sepakbola, atau anak-anak babi di kandang,” ujarnya.

Meluapkan kekecewaan ini,  akhirnya Felix Nesi menghancurkan kaca rumah dengan sebuah Helm INK.

“Saya kecewa. Saya emosi. Di tangan saya ada helm. Di depan saya ada kaca jendela. Maka saya hantam kaca-kaca jendela pastoran dengan helm. Helm INK sungguh kuat, kaca-kaca hancur berantakan. Saya pegang kursi-kursi plastik di teras rumah pastoran dan saya banting sampai hancur,” tukasnya.

Atas tindakan ini,  Felix Nesi dilaporkan oleh komunitas Pastoral SMK Bitauni ke Polsek Insana, akhirnya ia dijemput pihak kepolisian.

“Terima kasih Romo Kepala. Terima kasih Romo A. Terima kasih semua pastor di keuskupan Atambua dan di manapun juga di dunia ini. Malam ini saya akan menginap di kantor polisi. Kita sama-sama pendosa, tak ada yang paling benar. Tapi jika kalian, institusi Gereja, sangat sangat lambat (atau hampir tidak pernah?) dalam mengurusi pastor bermasalah, tetapi sangat cepat dalam mempolisikan orang-orang yang marah, maka kita akan selalu bertemu,” pungkasnya. (*)

Sumber: timordaily

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA