Rizal Ramli Prediksi Gagal Bayar Asuransi Capai Rp150 T, Hasilnya Justru Lebih Gawat Lagi!

Rizal Ramli Prediksi Gagal Bayar Asuransi Capai Rp150 T, Hasilnya Justru Lebih Gawat Lagi!

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Ekonom senior Rizal Ramli baru saja menyampaikan permintaan maaf prediksi gagal bayar sekuritas dan asuransi akibat pandemi Covid-19. Dimana ia mengoreksi prediksi yang dia sampaikan memasuki minggu kedua Maret 2020 lalu.

Hal ini ia sampaikan pada akun Twitternya, @RamliRizal. “Maaf saya salah, perkiraan saya terlalu rendah. Total gagal bayar sekuritas dan asuransi mencapai Rp 400 Trilliun. 3 Juni 2020,” cuitnya di akun @RamliRizal, Rabu malam (3/6).

Selain itu, dalam twitnya juga menyertakan tautan media yang mengutip pernyataannya pada Maret lalu. “Perkiraan saya reksadana-reksadana yang enggak mampu bayar dana pensiun dan lain-lain, total itu Rp 150 triliun,” seperti prediksi Rizal saat itu.

Dimana saat itu, Rizal menuturkan, saat ini pertumbuhan kredit di negeri ini berkutat di angka empat persen, merosot dari tahun lalu 6,02 persen. Semestinya, katanya, pertumbuhan kredit bisa bertengger di angka 15-18 persen. “Ini sekarang sepertiganya saja. Dengan adanya corona, bisa minus sampai satu persen,” katanya di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (8/3) lalu.

Faktor lainnya yang bisa memicu krisis ekonomi menurutnya adalah`lima gelembung`.

“Pertama, gelembung makro ekonomi. Semua indikator makro merosot lebih jelek dibanding lima hingga 10 tahun yang lalu. Defisit perdagangan, transaksi berjalan, primary balance dari anggaran, tax ratio dan sebagainya,” jelas Rizal.

Ia mengungkapkan, meski semua indikator makro itu melemah, rupiah tak begitu merosot karena digenjot pemerintah dengan cara meminjam lebih besar dari luar negeri dengan bunga yang lebih mahal. Hal itu nantinya akan menjadi masalah. “Jadi, (pinjaman itu) buat menopang rupiah biar agak kuat sedikit,” tambahnya.

Kedua, ialah gelembung daya beli. Kondisi tahun ini menurutnya yang terburuk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu terjadi karena daya beli yang menurun sehingga penjualan anjlok.

“Penjualan anjlok banget karena uang yang beredar sedikit. Kenapa? Karena kesedot untuk bayar utang. Jadi, setiap menteri keuangan terbalik, menerbitkan surat utang negara, sepertiga dari dana di bank itu kesedot buat beli surat utang negara karena dijamin 100 persen. Yang kedua, bunganya lebih mahal dari deposito,” sambungnya.

Gelembung ketiga, masalah gagal bayar. Menurutnya, kasus Jiwasraya dan Asabri turut berperan dalam permasalahan ekonomi. Dalam kasus itu, diperkirakan akan terjadi gagal bayar sekira Rp33 triliun. “Perkiraan saya nanti ada reksadana yang enggak mampu bayar dana pensiun dan lain-lain, total itu Rp150 triliun (gagal bayar),” tegas mantan Menko Ekuin era Gusdur ini.

Gelembung keempat, berhubungan dengan digitalisasi. Bisnis online atau digital, kata Rizal, mengalami koreksi valuasi sebesar 40-50 persen. Gelembung kelima ialah terkait pendapatan petani. Karena kemarau, panen akan mundur sampai Mei dan Juni tahun ini. “Begitu petani panen padi, Bulog-nya tidak punya uang untuk beli, karena bulog masih rugi Rp30 sekian triliun,” tandasnya. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita