Pengamat Intelijen Senior: Jokowi Tak Mau Terima Laporan Asal Bapak Senang

Pengamat Intelijen Senior: Jokowi Tak Mau Terima Laporan Asal Bapak Senang

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Marah demi rakyat tidak hanya boleh, tetapi wajib. Bila rakyat kelaparan dan menjadi korban PHK (pemutusan hubungan kerja), sementara para menterinya kurang maksimal, Presiden Joko Widodo memang harus marah.

Pengamat intelijen senior Suhendra Hadikuntono menangkap suasana kebatinan Jokowi tersebut. “Semua itu demi rakyat Indonesia,” ujar Suhendra Hadikuntono di Jakarta, Senin (29/6).

“Saya merinding mendengar Pak Jokowi berpidato. Memang beliau bukan seorang orator seperti Bung Karno. Ke-Jawa-annya harus bisa direspons positif oleh para menteri yang rata-rata minim ‘adu roso’-nya, istilah orang Jawa,” jelas Suhendra.

Suhendra menilai, tak biasanya Jokowi marah, apalagi secara terbuka seperti di dalam sidang kabinet itu. “Beliau ini orang Jawa, dan Solo pula yang pandai menyembunyikan perasaan. Bila Pak Jokowi sampai marah, bahkan secara terbuka, itu artinya sudah kode keras. Itu sudah final dan tak bisa ditawar-tawar lagi,” paparnya.

“Apa yang dirasakan rakyat, itulah yang dirasakan Presiden Jokowi, karena beliau selalu menyelami suasana kebatinan rakyat. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 ini. Apa yang disampaikan Pak Jokowi membuktikan bahwa beliau tak mau terima laporan ‘ABS’ (asal bapak senang, red),” tambah Suhendra.

Sebagai rakyat, Suhendra mengimbau para menteri memiliki “ruh” atau “feel” (perasaan) yang sama dengan Presiden, sehingga pemerintahan Jokowi dapat dirasakan manfaatnya oleh bangsa dan negara kita.

Tokoh yang disebut-sebut dan didukung oleh masyarakat Aceh dan Papua, sebagai kandidat kuat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini mengajak masyarakat mendoakan Presiden Jokowi agar diberikan “hikmat makrifat” dan kewibawaan dalam memimpin bangsa dan negara ini. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita