Pengakuan Warga Konawe Terima Kedatangan 500 TKA China: Jika Sudah Steril Ngapain Dilarang?

Pengakuan Warga Konawe Terima Kedatangan 500 TKA China: Jika Sudah Steril Ngapain Dilarang?

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Menanggapi penolakan masuknya 500 Tenaga kerja asing (TKA) asal China di Konawe, Sulawesi Tenggara yang kerap dilontarkan beberapa pihak, warga masyarakat sekitar Kawasan Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) angkat bicara.

Mereka mengaku tidak mempermasalahkan kedatangan TKA China tersebut asalkan pemerintah mengatur protokol kesehatan yang ketat untuk penanganan corona.

Mahadi (52 tahun), Kepala Desa Puruuy Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe menyayangkan pihak-pihak yang berkomentar tanpa mempertimbangkan ekonomi masyarakat setempat yang bergantung pada beroperasinya industri pengolahan nikel.

Menurut Mahadi, selama ini banyak masyarakat sekitar yang direkrut sebagai karyawan sehingga kehadiran industri tersebut membuka lapangan kerja kepada masyarakat yang sebelumnya bekerja tidak menentu.

Selain itu, Mahadi juga menuturkan hubungan antara masyarakat dan pekerja asing selama ini terjalin dengan baik.

“Namun sejak adanya pandemik ini, perusahaan memang membatasi kegiatan para tenaga kerja asing, tidak ada yang keluar,” ujar Mahadi, Senin (2/6).

Senada dengan Mahadi, beberapa putra daerah yang kini bekerja di kawasan VDNI seperti Jusman Usman (37 tahun) warga Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe yang sudah lima tahun bekerja di PT OSS, menyampaikan bahwa sejak awal bekerja di Kawasan Industri tersebut, kedatangan TKA selalu diikuti dengan terbukanya lapangan kerja untuk lebih banyak lagi pekerja lokal.

“Untuk TKA datang itu kan khusus pembangunan smelter, saya rasa tidak akan bisa mereka kerjakan sendiri tanpa karyawan lokal, jadi harus berdampingan. Mereka datangnya 500 orang otomatis karyawan yang nanti direkrut akan banyak karena dari segi konstruksi, smelter itu rumit pembangunannya. Jadi pasti memerlukan tenaga kerja lokal,” terang Jusman yang sebelumnya berprofesi sebagai petani.

Selain Jusman, Isra (26 tahun) warga Kecamatan Bondoala, Kecamatan Konawe bahkan sempat dikirim untuk belajar ke China selama 1 tahun untuk mempelajari proses peleburan nikel dan stainless steel.

“TKA yang ada di sini terutama yang ahli-ahli sebenarnya mereka mau ngajarin kita bagaimana cara prosesnya. Kadang ada kendala bahasa tapi sekarang sedikit-sedikit belajar (bahasa china),” terang Isra.

Salah satu tokoh masyarakat yang juga pengurus Masjid Babulhair di Kendari, Rustam (66 tahun) juga menyampaikan aspek protokol kesehatan para tenaga kerja asing amat penting bagi masyarakat.

“Saya kira tidak ada masalah. Yang penting yang datang itu benar-benar bersih dari Covid-19. Kan sudah ada aturan di situ, untuk bisa karantina selama 14 hari. Tidak boleh jika tidak steril di Kendari. Jika sudah steril ngapain dilarang lagi kan membangun perekonomian di Sulawesi Tenggara kan. Yang jelas jika tidak ada investor, tidak akan berkembang daerah kami,” tutup Rustam.(rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita