Tragedi Lelang Motor Konser

Tragedi Lelang Motor Konser

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


KITA semua tentu prihatin di ajang kegiatan amal Covid-19 terjadi peristiwa di luar dugaan. Pemenang lelang M. Nuh yang menjadi peserta dengan penawar tertinggi Rp 2,55 miliar ternyata hanya seorang pekerja buruh.

Menurut pengakuan dirinya, dia tidak memiliki uang sebesar itu. Rupanya perbuatannya hanya iseng atau salah persepsi disangka tebak tebakan berhadiah.

Kini M. Nuh sang "pengusaha" terpaksa berurusan dengan Kepolisian Daerah Jambi.

Memang konser amal "Berbagi Kasih Bersama Bimbo" ini sejak awal kontroversial.

Pertama, dilaksanakan di penghujung bulan Ramadhan di saat umat Islam berburu "Lailatul Qadar".

Kedua, kurang relevan BPIP dan MPR terlalu jauh ikut sebagai penyelenggara atau sponsor kegiatan.

Ketiga, diragukan konsistensi peserta konser dalam menerapkan protokol kesehatan penanganan Covid-19 baik penggunaan APD maupun soal jaga jarak.

M. Nuh yang dalam KTP-nya berprofesi sebagai buruh harian Lepas telah sukses dan berhasil mengalahkan Gabriele Mowengkang yang menawar Rp 2,5 miliar, Maruarar Sirait Rp 2,2 miliar, dan Warren Haryputra Tanoesoedibjo Rp 1,550 miliar.

"Jadi pemenang lelang adalah pengusaha dari Jambi bernama M. Nuh," ujar pembawa acara Choky Sitohang.

Ditambah dengan uang M. Nuh maka pendapatan konser amal ini menjadi Rp 4 miliar. Yang tentu juga masih tekor bila dibandingkan dengan biaya konser yang konon sebesar Rp 6 miliar lebih.

Bimbo dan para artis lain tidak mampu menarik donatur yang memadai padahal Presiden, Wapres dan para pejabat tinggi negara juga "menghadiri".

Kemana para taipan? Tragis konser amal "kenegaraan" mendapat dana donasi hanya Rp 4 miliar itupun Rp 2,55 miliar-nya "tipu tipu".

Konser serupa yang diadakan Didi Kempot sebelumnya menghasilkan sumbangan Rp 5,3 miliar tanpa keterlibatan para petinggi negara Presiden atau Ketua MPR.

Sebenarnya mudah saja tanpa konser pun Presiden tinggal mengumpulkan para pengusaha besar termasuk "naga naga" lalu menyampaikan maksud dan keperluan. Sangat diyakini bakal didapat dana lebih dari Rp 4 miliar.

Tanpa lelang motor listrik si "gesits" juga. Mestinya memang "gesit" tapi karena "gesits" ya motornya menjadi super gesit blusukan kemana-mana hingga ke Sungai Asam Pasar Jambi menemui "pengusaha" M.Nuh.

Tiga pelajaran penting yang jadi bahan renungan.

Pertama, apapun argumennya melaksanakan konser "kenegaraan" di akhir-akhir malam Ramadhan telah menyinggung umat Islam. Orang bertadarus Qur'an ini bernyanyi-nyanyi.

Kedua, pemerintah Jokowi mengevaluasi diri setelah "tipu-tipu" dengan Perppu Corona kini kena "tipu-tipu" M. Nuh.

Ketiga, lembaga BPIP dan MPR harus mulai menata akan fungsi nyata yang benar-benar ditunggu dan dibutuhkan rakyat. Bukan konser.

Semoga bangsa ini tidak terlalu banyak mendapat sorotan dunia karena pekerjaan yang tidak relevan dan tidak serius. Ada meme kritis dialog dua tokoh dunia.

"Tahu apa yang dilakukan pejabat pejabat Indonesia untuk mengatasi Corona???" -- "Mereka ngapain mbak?" -- "Nyanyi bareng !" -- "wkwkwk ambyar".

Kasus M. Nuh cukup memalukan. Terjadi di konser "besar" dengan perhatian dan kepedulian besar dari para pembesar.

Jika M. Nuh benar benar polos maka mungkin dia sedang berprasangka baik. Biasanya Pak Jokowi sering membagi hadiah sepeda, kini mungkin bersedekah dengan motor listrik "gesits". Ia tebak harga dengan Rp 2,55 miliar dan menang!

M. Rizal Fadillah
Pemerhati politik dan kebangsaan.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita