Lebih dari 50 Ribu Orang Meninggal, Tapi AS Sangkal Alami Pandemi Terburuk

Lebih dari 50 Ribu Orang Meninggal, Tapi AS Sangkal Alami Pandemi Terburuk

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Lebih dari 50.000 orang telah dinyatakan meninggal akibat COVID-19 di Amerika Serikat, menurut data yang dihimpun John Hopkins University. Pandemi yang terjadi di AS disebut sebagai yang terburuk di dunia.
Lebih dari 3.000 kematian dilaporkan dalam 24 jam terakhir. Adapun terdapat lebih dari 870.000 kasus positif COVID-19 di AS.

Namun menurut pemerintah AS, tingkat kematian di negara mereka lebih rendah dibandingkan sebagian besar negara Eropa, jika diukur dari jumlah kasus saat ini.

Sejauh ini AS mencatatkan jumlah kematian dan kasus positif terbanyak di dunia. Namun jumlah penduduk AS mencapai 330 juta orang, lebih tinggi ketimbang negara Eropa yang paling terdampak virus Corona baru seperti Spanyol dan Italia.

Data tentang kematian itu muncul saat sebagian wilayah AS telah mencabut aturan karantina wilayah.

Beberapa salon, tempat permainan bowling dan jenis usaha lainnya kembali beroperasi pada Jumat (24/04) kemarin di Georgia, Alaska, dan Oklahoma.

Deborah Brix, pakar gugus tugas COVID-19 pemerintah AS, mengklaim negaranya memiliki tingkat kematian terendah di dunia.

Brix mendasarkan pernyataannya pada angka kematian per kapita yang lebih rendah daripada Spanyol, Italia, Prancis, Belgia, dan Inggris.

Laporan yang suram, tapi tak memberi gambaran utuh
Analisis oleh Robert Cuffe, Kepala Badan Statistik Inggris

AS berada di puncak tabel data kematian akibat COVID-19. Namun itu bukan gambaran utuh tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Salah satu alasannya berkaitan dengan populasi. Banyak negara di Eropa melaporkan lebih banyak kematian per satu orang dalam populasi ketimbang AS.

Secara umum seluruh negara Eropa juga melaporkan lebih banyak kematian.

Namun hati-hati membandingkan negara-negara besar dalam konteks ini.

Yang terjadi di New York sangat berbeda dengan situasi di wilayah AS lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk negara lain.

Terdapat dua epidemi di Italia. Yang pertama adalah epidemi di bagian utara yang melumpuhkan sistem kesehatan Italia, sementara epidemi lainnya terjadi di kawasan selatan dan tidak separah di utara.

Tingkat kematian juga tergantung cara Anda menghitungnya. Angka yang muncul dalam data pemerintah Prancis memasukkan kasus di berbagai rumah perawatan.

Sementara itu, Belgia bahkan memasukkan kematian orang yang masih diduga terjangkit COVID-19 sehingga data mereka terlihat jauh lebih mengerikan.

Peningkatan tajam dalam angka kematian harian di AS terjadi, salah satunya karena jumlah orang yang mati dengan dugaan COVID-19, juga masuk ke daftar tersebut.

Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC), pada 14 April lalu menyebut akan menggabungkan kasus kematian orang yang sudah dinyatakan positif, maupun yang masih berstatus orang dalam pengawasan (ODP).

Kematian yang diduga akibat COVID-19 adalah yang sesuai kriteria klinis dan epidemiologis, tapi belum dipastikan melalui tes medis.

Penting pula mencatat bahwa kasus COVID-19 dengan gejala ringan tidak tercatat. Jadi tingkat kematian dari orang-orang yang sudah terkonfirmasi, tidak sama dengan tingkat kematian penyakit itu secara umum.

Upaya menggelar tes massal adalah kunci menelusuri tingkat kematian yang faktual, termasuk penyebaran COVID-19.

Wakil Presiden AS, Mike Pence, yang bertugas sebagai pimpinan gugus tugas COVID-19, menyebut negaranya sejauh ini sudah melakukan 4,9 juta tes. Ia mengklaim pemerintah federal terus bekerja sama dengan gubernur negara bagian untuk memperbanyak tes itu.

Undang-undang untuk mengucurkan stimulus ekonomi sebesar US$ 484 miliar disahkan oleh Kongres, Jumat (24/04). Sebagian anggaran itu disebut akan digunakan untuk memperbanyak tes.

Itu adalah paket ekonomi AS yang keempat selama pandemi COVID-19. Dana itu ditargetkan untuk membiayai pengeluaran rumah sakit serta menyokong program pinjaman usaha kecil-menengah.

Saat meneken undang-undang itu, Presiden AS, Donald Trump, berkata ia ingin segera memberi bantuan ekonomi untuk mengangkat beban masyarakat.

Bagaimana situasi terkini di AS?
Peningkatan angka kematian di AS terjadi saat beberapa negara bagian mulai melonggarkan pembatasan ekonomi, walau sebenarnya ada peringatan dari pakar dan Trump.

Di Georgia, yang terhitung paling cepat membuka pembatasan di AS, arena bowling, spa, salon, jasa tato, dan berbagai layanan mendapatkan lampu hijau untuk kembali beroperasi.

Senin depan, Georgia juga akan mengizinkan restoran dan bioskop untuk beroperasi.

Dalam jumpa pers gugus tugas AS, Kamis (23/4) lalu, Trump mengaku tidak sepakat dengan Gubernur Georgia yang juga koleganya di Partai Republik, Brian Kemp.

"Saya ingin masyarakat Georgia selamat dan saya tidak ingin ada gejolak karena Anda memutuskan berbuat sesuatu di luar pedoman," kata Trump.

Setelah kritik Trump itu, Kemp memperketat aturan sanitasi dan batas jarak aman antar orang di restoran.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita