Persedian Obat dan Masker Makin Terbatas, Israel Minta Bantuan India

Persedian Obat dan Masker Makin Terbatas, Israel Minta Bantuan India

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Untuk saat ini di kala wabah COVID-19 mendunia, peran India cukup besar. Ini terbukti banyak permintaan dari sejumlah negara kepada India. Satu di antaranya adalah Israel. Israel kini dilanda kelangkaann masker dan bahan baku obat. Negeri tersebut, melalui Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu meminta PM Narendra Modi untuk memasok masker dan bahan baku obat-obatan.

Netanyahu memintanya lewat telepon internasional. Menurut situs indiatimes (14/3/2020), Israel mengajukan permintaan setelah setelah India memutuskan untuk menghentikan ekspor beberapa bahan baku obat yang penting demi memenuhi kebutuhan domestiknya sendiri.

"Saya juga berbicara dengan Perdana Menteri India, teman saya Narendra Modi. Kami bergantung pada jalur pasokan dari berbagai negara. Kami selalu mencari ke sana," kata Netanyahu kepada wartawan sebelumnya.

Itamar Grotto, Wakil Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Israel, mengatakan bahwa Modi setuju untuk mengizinkan ekspor bahan-bahan untuk obat-obatan ke Israel, tetapi belum ada keputusan mengenai masker tersebut.

"Izin khusus diberikan dan pengadaan obat-obatan sedang dilakukan sekarang. Orang India setuju untuk mengecualikan Israel (dalam pembatasan ekspor obat)," kata Grotto.

Beberapa negara, termasuk Indonesia, juga mengandalkan bahan baku obat dari India. Sedangkan India juga mengandalkan bahan baku dari Cina yang kini juga dilanda wabah COVID-19. Pasokan bahan baku dari negeri Panda tersendat gara-gara pabrik farmasi di sana tak berproduksi.

Beberapa hari sebelumnya, India memang membatasi ekspor sejumlah obat-obatan penting, seperti antibiotik dan beberapa obat seperti obat asma, dan sebagainya. India lebih mementingkan kebutuhan dalam negeri karena di sana kasus COVID juga bertambah. Lebih dari 80 warganya postif virus mematikan.

Sementara itu, jumlah warga Israel yang dinyatakan positf COVID berjumlah hampir 150 orang, tapi belum satu pun dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan jumlah orang yang dikarantina mencapai 35.000 orang – 1.000 di antaranya dokter dan 600 perawat.(*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita