Menurut Peneliti Cina, Disinfeksi dan Lockdown Dinilai Sia-Sia, dan Harus Distop

Menurut Peneliti Cina, Disinfeksi dan Lockdown Dinilai Sia-Sia, dan Harus Distop

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Belakangan ini di sejumlah daerah dilakukan penyemprotan disinfektan dan alkohol di udara. Itu dilakukan di perumahan, peribadatan, dan bahkan di jalanan. Mereka berharap dengan cara itu, virus corona yang terbang ke udara dan menempel di tubuh atau pakaian, bisa mati. Ini karena Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa virus Corona, penyebab COVID-19, bisa bertahan lama di udara.

Selain itu, berbagai anjuran lain pun bermunculan. Ada yang bilang lokcdown perlu untuk memutus mata rantai penyebaran. Kemudian masker juga dianggap sebagai sarana untuk mengurangi penyebaran, sehingga beredar berbagai jenis masker yang dijual dengan harga mahal.
Namun, langkah yang diterapkan itu, mendapat kritikan tajam dari sejumlah pengamat. Dalam Jurnal Lancet, 5 Maret lalu, Yonghong Xiao, salah satu peneliti di Cina mempertanyakan efektivitas penyemprotan disinfektan.

Ia menilai penyemprotan disinfektan tidak berguna dan harus distop. “Jumlah alkohol dan disifektan di mobil, perumahan, justru berbahaya, apalagi disemprotkan dalam jumlah yang banyak,” kata Xiao dalam komentarnya itu.
Begitu pula soal penggunaan masker. Ia mengakui bahwa masker diklaim sebagai alat untuk mencegah penularan virus Corona. Ini karena virus ditular lewat cairan yang dikeluarkan lewat mulut dan hidung, ketika bersin atau berbicara.

Tapi Xiao bilang tak semua masker aman. “Masker yang bagus adalah masker N95 yang terbukti mencegah penularan,’ ujarnya. Masalahnya masker tersebut makin jarang tersedia, sehingga masyarakat menggunakan masker apa saja.

Sorotan lain yang dikemukakan Xiao adalah kebijakan lockdown. Beberapa negara menerapkan kebijaksanaan itu sehingga banyak maskapai tak bisa mengangkut penumpang dari negara lain atau keluar dari negara tersebut. Beberapa daerah juga melakukan penutupan wilayah darat.

Xiao menilai kebijakan lockdown melanggar International Health Regulation yang dikeluarkan WHO. Selain itu, juga menghambat pemenuhan kebutuhan masyarakat di luar daerah yang diisolasi yang memerlukan barang yang diperlukan yang berkaitan dengan pencegahan COVID. Mereka tak bisa membeli obat-obatan dan kebutuhan pangan.

Selanjutnya, isolasi selama 14 hari dan social distancing sangat lemah pembuktiannya. “Malah sebaliknya menimbulkan kepanikan dan stres yang justru dapat menurunkan imunitas tubuh,” kata Xiao,

Mengenai obat-obatan, WHO juga menyebutkan bahwa sampai saat ini tak satu pun obat dan vaksin serta obat tradisional yang diklaim sebagai obat pemusnah Corona.

Yang penting menurut Xiao, membatasi penularan antar manusia, mengurangi kontak dengan cara dekat dengan orang lain dan petugas medis. Kemudian cepat mengidentifikasi dan mengisolasi pasien yang sudah dinyatakan postif terkena COVID-19.(*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita