Dalam 7 Jam, Transaksi Misi Datang Jawa Timur Dan Riau Tembus Rp. 362 Miliar

Dalam 7 Jam, Transaksi Misi Datang Jawa Timur Dan Riau Tembus Rp. 362 Miliar

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pemerintah Provinsi Jawa Timur perluas kerjasama perdagangan dengan menggelar misi dagang di Provisi Riau.

Dalam misi tersebut, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, membawa 98 pelaku usaha Jatim untuk melakukan business meeting dengan 168 pelaku usaha asal Riau di Pekanbaru.

Hingga misi dagang ditutup, tak kurang transaksi yang terjadi antara penjual dengan pembeli dari Jatim dan Riau selama tujuh jam  menembus angka Rp 362 miliar.

Hal ini menunjukkan bahwa pasar perdagangan dalam negeri antar kedua daerah baik Jatim maupun Riau begitu besar.

"Kita mencoba mempertemukan trader dan buyer melalui Misi Dagang ini. Di Pekanbaru ini, menjadi kegiatan Misi Dagang kedua yang kami selenggarakan di tahun 2020. Kami berharap agar transaksi bisa terjadi secara berkelanjutan antara Jatim dan Riau," kata Khofifah, Kamis (5/3).

Khofifah menyampaikan, kondisi ekonomi dunia mulai adanya perang dagang Amerika-China, efek wabah virus corona, membuat prediksi pertumbuhan ekonomi dunia, nasional, dan regional mengalami koreksi karena ada pengaruh pada ekspor dan impor.

Sehingga, kata Ketua Umum PP Muslimat NU ini, ada hal yang perlu diantipasi agar pertumbuhan ekonomi lokal tidak mengalami pelemahan.

"Padahal di sisi lain kita ini punya captive market luar biasa di perdagangan dalam negeri. Maka kita menginisiasi mempertemukan trader dengan buyer. Seperti di Riau ini, mereka butuh apa dan kita bisa suplai apa begitu sebaliknya , itu yang kita matchkan," jelasnya.

Memang saat ini Jatim banyak menyuplai daging sapi ke Riau. Tetapi, menurutnya, ke depan bentuk business matching ini bukan hanya yang berhubungan dengan logistiknya saja. Melainkan bisa juga dalam bentuk pelatihan dan permberdayaan.

Dia contohkan, ada peternak sapi Riau yang tertarik untuk membudidayakan sapinya supaya lebih masif, maka bisa bekerja sama dengan Jatim yang memiliki  petugas inseminasi buatan dan pemeriksa kebuntingan serta didukung Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) milik Kementerian Pertanian di Singosari, Malang.

"Dengan begitu, kita memang akan mengurangi suplai daging sapi ke sini, tapi di sisi lain ada proses untuk menyiapkan petugas pemeriksa  kebuntingan dan inseminasi buatan ke Riau. Jadi tidak sekedar transaksi perdagangan tapi juga pemberdayaan dan pelatihan  masyarakat yang punya ketertarikan di sektor peternakan. Begitu pula sektor lainnya," tegasnya.

Begitu juga di sektor pertanian, ternyata yang banyak diminati Riau dari Jatim adalah bibit cabai. Kemudian juga ada dolomit yang banyak diminati lantaran Riau memiliki jutaan hektar lahan perkebunan sawit.

"Berdasarkan data dari Sekdaprov Riau, di sini lahan sawitnya mencapai 3,4 juta hektar. Jadi ini area yang sangat besar  kebutuhan  dolomitnya,  sedangkan kita punya deposit dolomit cukup besar  dan kandungan magnesiumnya signifkan, maka ini pentingnya kita menemukenalkan potensi dan kebutuhan antar daerah," katanya.

Saat ini antar daerah menurut Khofifah memiliki interpendensi atau saling ketergantungan satu dengan yang lain. Sehingga yang dibutuhkan agar setiap daerah bisa tumbuh ekonominya adalah strong partnership.

"Memang sekarang ditutup Rp 362 miliar. Tapi ini penutupan seremoni, interaksi dan transaksi mereka akan berlanjut dan kami harap terus kontinyu," pungkas Khofifah.

Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Difi Ahmad Johansyah mengatakan, jika ekspor atau permintaan eksternal melemah akibat adanya isu global, maka pertumbuhan ekonomi bisa dikompensasi dengan permintaan antar daerah.

"Salah satu cara yang efektif menangkal adanya pelemahan ekonomi di tengah kondisi global saat ini adalah memperkuat perdagangan antar daerah. Jadi potensi perdagangan dalam negeri cukup besar dan luar biasa. Termasuk bagi Jawa Timur yang menjadi pemasok 17 provinsi di kawasan timur Indonesia," kata Difi.(rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita