Gara-gara Virus Corona, Mahasiswa China di Australia Diintimidasi

Gara-gara Virus Corona, Mahasiswa China di Australia Diintimidasi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Asosiasi perguruan tinggi Australia mengecam tindakan petugas bandara terhadap mahasiswa asal China terkait wabah virus Corona. Para mahasiswa diinterogasi berjam-jam, ada yang visanya ditangguhkan, ada juga yang langsung dipulangkan.

Tindakan tegas petugas perbatasan Australia terhadap mahasiswa asal China dikecam oleh asosiasi perguruan tinggi yang menuntut permintaan maaf. Sektor pendidikan tinggi di Australia sangat bergantung pada mahasiswa asal China yang jumlahnya kini mencapai 189 ribu, 155 ribu di antaranya kuliah di universitas. Pendidikan tinggi berkontribusi sebesar 37,6 miliar dolar atau sekitar Rp 376 triliun pada perekonomian Australia di tahun anggaran 2018/2019.

Asosiasi bernama Universities Australia ini menyebutkan para mahasiswa asal China merasa tertekan setelah ditahan oleh petugas bandara ketika larangan perjalanan mulai berlaku.

Mereka mendesak Pemerintah Australia untuk meminta maaf kepada mahasiswa yang mengalami interogasi dan penahanan berjam-jam tersebut.

Sedikitnya 80 warga China termasuk para mahasiswa dihentikan petugas di Bandara Sydney pada hari Minggu (2/2/2020). Hal yang sama juga terjadi di Bandara Melbourne dan Brisbane.

Ketua Universites Australia Catriona Jackson menyatakan pihaknya telah menyampaikan permasalahan ini kepada Menteri Dalam Negeri Peter Dutton.

Dia berharap Mendagri Dutton meminta maaf secara resmi kepada warga asal China yang diperlakukan dengan buruk tersebut.

"Kami mendapat laporan dari pejabat universitas yang mengatakan para mahasiswa ini sangat tertekan," kata Catriona kepada ABC Radio.

"Mereka sangat kecewa dengan perlakuan yang dialami. Mereka merasa ditahan selama periode tertentu tanpa makanan yang cukup. Ada yang pakaiannya diambil," jelasnya.

Kedutaan Besar China di Australia secara terpisah menyatakan kecewa dengan keputusan Pemerintah Australia memberlakukan larangan perjalanan dan menolak seluruh kedatangan dari China daratan.

Diplomat China menyebut warganya tidak mendapatkan peringatan yang jelas, dan sebagian sudah berada dalam pesawat ketika perbatasan Australia ditutup mulai 1 Februari lalu.

Visa pelajar tidak dibatalkan

Menurut Catriona Jackson, sebagian mahasiswa China khawatir visa mereka akan dibatalkan oleh pemerintah Australia.

"Visa mereka tidak dibatalkan. Mereka tak perlu mendaftar ulang untuk visa. Tidak perlu membayar lagi," ujarnya.

Dia mengatakan Mendagri Dutton berjanji untuk segera menindaklanjuti permasalahan ini.

"Saya kira perlu ada permintaan maaf resmi kepada para mahasiswa. Mereka ini tertekan, datang dari negara yang mengalami epidemi yang serius," kata Catriona lagi.

Kementerian Dalam Negeri menyatakan petugas perbatasan telah melaksanakan tugas sesuai kewenangannya.

"Kesehatan dan keselamatan masyarakat Australia merupakan prioritas tertinggi pemerintah. Ini mencakup semua orang di Australia mulai dari warga negara, penduduk tetap dan pemegang visa sementara," kata pernyataan Depdagri.

Sementara itu Menteri Pendidikan Tinggi Dan Tehan bertemu dengan pengurus Universities Australia pada Senin malam, untuk memastikan reputasi sektor pendidikan Australia tetap terjaga selama krisis ini.

Menteri Tehan menjelaskan univeritas memiliki fleksibilitas untuk pengaturan kuliah mahasiswa China yang terdampak yaitu kuliah online atau kuliah jarak jauh.

Universitas Monash yang memiliki porsi mahasiswa asal China sangat tinggi, mengumumkan akan mengundurkan dimulainya masa perkuliahan hingga dua minggu dari jadwal seharusnya.

Sebuah petisi online yang didukung ribuan orang juga meminta Universitas Sydney untuk melakukan hal yang sama, namun hingga saat belum ada kebijakan dari universitas tersebut.

Menurut catatan, sekitar 189.000 mahasiswa asal China saat ini terdaftar di sektor pendidikan tinggi Australia. Dari jumlah itu, 155.000 orang mengikuti perkuliahan di universitas.

Pada tahun anggaran 2018/2019, sektor pendidikan internasional menghasilkan 37,6 miliar dolar atau sekitar Rp 376 triliun untuk perekonomian Australia, atau naik 5 miliar dolar dibandingkan tahun sebelumnya. [vn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita