Ahli Nuklir Indonesia: Jenis Kontaminasi Radioaktif di Tangerang seperti di Chernobyl dan Fukushima

Ahli Nuklir Indonesia: Jenis Kontaminasi Radioaktif di Tangerang seperti di Chernobyl dan Fukushima

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Jenis radioaktif yang bocor di Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, Banten, sama dengan dari radioaktif yang bocor di Chernobyl, Rusia, tahun 1986 dan Fukushima, Jepang, tahun 2011.

Karena itu penangannya atau dekontaminasi terhadap radioaktif itu harus dilakukan dengan cara yang sama. Tanah yang terkontaminasi diambil dan disimpan dalam karung selama 30 tahun.

Demikian dikatakan ahli nuklir Indonesia dari Universitas Gadjah Mada, Yudi Utomo Imardjoko, Jumat malam (14/2).

“Sumber radioaktif tersebut namanya Caesium137. Umur radiasi 30 tahun. Memancarkan sinar gamma. Sinar gamma mudah menembus tanah dan larut dalam air tanah. Kalau kena manusia atau makhluk hidup, ikut air atau tertelan bisa mematikan,” katanya menerangkan.

“Jadi harus secepatnya didekontaminasi,” sambung mantan Dirut BatanTek, sebuah BUMN yang memproduksi radio isotop untuk keperluan medis.

Cara mendekontaminasi tanah yang tercemar oleh zat radioaktif itu adalah dengan mengamankannya dan menggantikannya dengan tanah yang belum tercemar.

“Lalu tanah yg tercemar dimasukkan dalam karung disimpan selama 30 tahun,” kata Yudi lagi yang baru-baru ini berhasil menciptakan baterai nuklir yang dapat bertahan antara 40 hingga 80 tahun.

Menurut Yudi lagi, metode dekontaminasi ini sepintas terlihat merepotkan, karena kontaminasinya sama dengan yang di Chernobyl dan Fukushima.

Kenaikan paparan radiasi di Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, ditemukan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) pada tanggal 7 dan 8 Februari lalu.

Menurut Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik Bapeten Indra Gunawan, setelah mengangkat serpihan sumber radioaktif dan melakukan pemetaan ulang, laju paparan mengalami radioaktif penurunan.

“Namun masih di atas nilai normal," ujarnya. (*)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA