Tidak Berkah, Banjirlah

Tidak Berkah, Banjirlah

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

HARI di awal tahun 2020 ini diwarnai musibah. Longsor dan banjir terjadi di mana-mana. Setelah kemarau panjang kini musim hujan tiba.

Ketika kemarau masyarakat gelisah. Saat hujan deras datang, bukan hanya gelisah tetapi panik. Kerusakan menimpa rumah, bangunan, jalan, serta lainnya. Khususnya banjir sepertinya lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Uniknya jalan tol pun tenggelam.

Pemerintahan Jokowi sedang semangat untuk membangun ini dan itu. Jalan layang, jalan tol, kereta cepat, mau buat istana segala di ibukota baru. Infrastruktur jadi dewa yang "disembah" dengan investasi digembor gemborkan. Aturan hukum di "omnibus" kan.

Pembangunan fisik mesti sukses lalu dibangga banggakan. Sementara penentang dituding radikalis dan intoleran.

Kini niat yang pragmatis, semata duniawi, kehebatan fisik, apalagi jika disertai "hidden mission" memperkaya diri, keluarga, dan kroni tentu tidak akan diridloi. Bahasa agamanya tidak berkah.

Longsor dan banjir hanya sebagian kecil peringatan Allah bagi bangsa yang membangun tidak berkah. Berapapun biaya termasuk besaran hutang tidak ada artinya tanpa niat dan fondasi syariat yang kuat untuk membangun negara. Sia-sia.

Bukan hanya sia sia tapi justru murka Ilahi yang didapat. Pemimpin tidak amanah atau khianat, tidak ahli, atau menyalahgunakan kewenangan menjadi sebab gagalnya semua upaya. Yang terjadi ya itu utang makin banyak, harga makin mahal, sumber daya alam habis, dagang dan usaha merugi, jalan tol terendam, sungai meluap, korupsi menjadi jadi.

Rakyat dibebani pajak, nganggur, atau berwatak pengemis, proposal sentris dan MOU palsu. Soal beragama juga campur aduk. Perbuatan haram dianggap baik.

Orientasi pembangunan harus nyata menyejahterakan dan memberi manfaat bagi rakyat kecil, bukan pejabat, pengusaha, atau orang kaya. Jika salah orientasi maka "tanaman" usaha tidak berkah dan menjadi malapetaka. Pada rakyat kecil itu ada hak yang dijamin oleh Allah. Mengabaikannya membawa murka-Nya.  

QS Al Qalam 17-19 memberi pelajaran berguna:

“Kami menguji mereka seperti kami menguji pemilik kebun ketika mereka bersumpah (memastikan) akan memetik hasil esok dipagi hari. Mereka tidak menyisihkan (berorientasi) untuk fakir miskin. Lalu atas kebun itu datang  malapetaka dari Allah saat mereka tidur“.

Nah sekadar memprogram dengan perencanaan yang elitis atau keuntungan pendek, maka segala infrastruktur yang dibangun akan "dihancurkan" Allah atas dasar doa dan kesulitan rakyat kecil (fakir miskin). Datangnya malapetaka itu tak diduga. Target pasti gagal.

Bencana alam hanya sebutan akan tetapi kenyataannya itu adalah murka Allah atas perilaku lalai, bodoh, dan sombong.

Bagi warga yang terkena mushibah semoga diberi kesabaran. Bagi para pemimpin moga diberi kesadaran.
Syariat Allah tidak bisa dilecehkan atau dimain mainkan atau diabaikan.

Sejarah telah mencatat negeri yang dipimpin oleh penguasa yang masa bodoh serta hanya memikirkan diri dan kroninya semata, akan dihancurkan oleh Allah dengan sehancur hancurnya. rmol.id

M Rizal Fadillah
Pemerhati politik dan keagamaan
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita