Surat Terbuka Arief Poyuono: Tidak Perlu Jengkel Tangani Pengimpor Migas

Surat Terbuka Arief Poyuono: Tidak Perlu Jengkel Tangani Pengimpor Migas

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

Oleh Arief Poyuono

PENGIMPOR migas pasti orang-orang dekat kekuasaan Kang Mas Joko Widodo dan yang pasti bisa punya pengaruh yang kuat untuk ngatur Pertamina. Karena yang beli migas impor mereka kan cuma Pertamina, yang merupakan satu satunya yang punya hak mendistribusikan BBM dan LPG di Indonesia.

Nah coba Kang Mas sebut saja nama pengusaha dan perusahaan yang suka impor Migas supaya masyarakat jadi tidak bingung. Dan masyarakat mengerti bahwa merekal sebagai salah satu yang menyebabkan neraca perdagangan kita defisit serta nilai kurs rupiah tidak pernah mencapai Rp 10 ribu per dolar AS seperti yang pernah Kang Mas targetkan lima tahun yang lalu.

Dan mereka pula yang menyebabkan ekonomi kita berbiaya tinggi yang akhirnya para pengusaha keberatan menaikkan upah buruh pada taraf sejahtera.


HOME INDEKS
Cari Berita
Go
Berita Penerbangan (www.zonaterbang.id)
HomePublika
Surat Terbuka Arief Poyuono: Tidak Perlu Jengkel Tangani Pengimpor Migas
SELASA, 17 DESEMBER 2019, 19:00 WIB
1
Shares

Presiden Joko Widodo/Net

PENGIMPOR migas pasti orang-orang dekat kekuasaan Kang Mas Joko Widodo dan yang pasti bisa punya pengaruh yang kuat untuk ngatur Pertamina. Karena yang beli migas impor mereka kan cuma Pertamina, yang merupakan satu satunya yang punya hak mendistribusikan BBM dan LPG di Indonesia.
BERITA TERKAIT
Bambang Wuryanto: Saya Tidak Etis Evaluasi Rumah Tangga Hanura
Politik Bargaining, Yusril Tolak Jabatan Dewas KPK Karena Kering Kerontang
Yusril Ogah Jadi Dewas, Pengamat: Presiden Jokowi Seenaknya Susupi Ketum Parpol Di KPK

Nah coba Kang Mas sebut saja nama pengusaha dan perusahaan yang suka impor Migas supaya masyarakat jadi tidak bingung. Dan masyarakat mengerti bahwa merekal sebagai salah satu yang menyebabkan neraca perdagangan kita defisit serta nilai kurs rupiah tidak pernah mencapai Rp 10 ribu per dolar AS seperti yang pernah Kang Mas targetkan lima tahun yang lalu.

Dan mereka pula yang menyebabkan ekonomi kita berbiaya tinggi yang akhirnya para pengusaha keberatan menaikkan upah buruh pada taraf sejahtera.


Kasih tahu saja Kang Mas ke saya nanti saya minta kawan-kawan buruh di pelabuhan untuk memboikot pembongkaran impor Migas. Biar tidak  bisa mebongkar Migas impor mereka.

Dan kok bisa-bisanya mereka menghalang-halangi pembangunan industri pengelolaan batu bara jadi LPG yang akan membuat jauh lebih murah harganya dibandingkan LPG yang dihasilkan dari hasil penyulingan minyak bumi.

Pasti yang menghalangi punya power yang kuat alias orang di seputaran kekuasaan Kang Mas sendiri.

Sebab dengan harga LPG yang murah maka industri manufaktur dan UMKM kita yang mengunakan bahan bakar LPG akan jauh lebih efisien dalam menjalankan usahanya.

Kang Mas, rakyat mencatat saat Kang Mas mengatakan bahwa Kang Mas sudah sudah tahu siapa pihak-pihak yang gemar mengimpor minyak dan LPG, yang Kang Mas sampaikan ketika membuka Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Istana Negara, Jakarta, Senin (16/12).

Batu bara bisa menjadi LPG lewat fasilitas pengolahan dimethyl ether (DME), gas dari batu bara yang menggantikan liquid petroleum gas (LPG).

DME diolah dari batu bara, yang mana produksinya memang jauh lebih murah daripada lifting minyak dan gas alam. Bahkan, batu bara yang akan dipakai merupakan batu bara berkalori paling rendah yang "kurang menguntungkan" jika dijual di pasar batu bara dunia.

Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk dan PT Pertamina serta perusahaan asal Amerika Serikat Air Product and Chemicals Inc pernah menandatangani nota kesepahaman untuk membangun fasilitas hilirisasi batu bara tersebut di Sumatera. Namun progresnya tidak jelas sampai seperti apa saat ini tuh Kang Mas.

Nah Kang Mas sudah check belum kalau industri 4.0 seperti transportasi online karyanya Mas Nadiem itu juga sudah menyebabkan kenaikan komsumsi BBM juga loh yaitu bertambahnya mobil dan motor di Indonesia.

Tapi baguslah yang penting rakyat bisa bekerja dan bisa menaikkan angka pertumbuhan ekonomi nasional sehingg tidak di bawah 5 persen.

Nah terkait 5 kilang minyak yang direncanakan dibangun tapi sudah lima tahun tidak kunjung kelihatan wujudnya, Kang Mas juga harus check apakah pemenang tender yang berpartner dengan Pertamina punya duit atau hanya sekadar broker.

Kang Mas, memang banyak sih sumur dan ladang minyak kita yang masih bisa dioptimalkan. Namun Kang Mas tahu tidak,  sumur-sumur itu udah tidak ekonomis lagi kalau dieksploitasi. Maklum, tinggallan penjajah Belanda. Dan kayaknya Pertamina dan pemerintah perlu mencari sumber minyak baru dah.

Dan ini tidak pernah tuh dilakukan karena biaya risetnya mahal banget loh katanya.

Untuk info aja ya Kang Mas, dan semakin melebar hingga 2018 seiring meningkatnya konsumsi domestik serta penurunan produksi.

Pada 2018, defisit neraca minyak nasional meningkat 13,79 persen menjadi 977 ribu barel per hari dibandingkan tahun sebelumnya. Melebarnya defisit minyak tersebut dipicu oleh kenaikan konsumsi minyak sebesar 5,24 persen menjadi 1,79 juta barel per hari diikuti turunnya produksi sebesar 3,52 persen menjadi 808 ribu barel per hari.

Ini yang membuat neraca perdagangan migas defisit pada tahun lalu akibat besarnya impor hasil minyak.

Jadi Kang Mas, itu semua gampang kok untuk nangani semua itu. Dan tidak perlu jengkel-jengkelan Kang Mas. Saya siap kok membantu Kang Mas demi bangsa dan negara kita.

Maju terus, sikat mafia impor migas. Tapi kalau berani ya.

(Waketum DPP Partai Gerindra)
PENGIMPOR migas pasti orang-orang dekat kekuasaan Kang Mas Joko Widodo dan yang pasti bisa punya pengaruh yang kuat untuk ngatur Pertamina. Karena yang beli migas impor mereka kan cuma Pertamina, yang merupakan satu satunya yang punya hak mendistribusikan BBM dan LPG di Indonesia.

Nah coba Kang Mas sebut saja nama pengusaha dan perusahaan yang suka impor Migas supaya masyarakat jadi tidak bingung. Dan masyarakat mengerti bahwa merekal sebagai salah satu yang menyebabkan neraca perdagangan kita defisit serta nilai kurs rupiah tidak pernah mencapai Rp 10 ribu per dolar AS seperti yang pernah Kang Mas targetkan lima tahun yang lalu.

Dan mereka pula yang menyebabkan ekonomi kita berbiaya tinggi yang akhirnya para pengusaha keberatan menaikkan upah buruh pada taraf sejahtera.


Kasih tahu saja Kang Mas ke saya nanti saya minta kawan-kawan buruh di pelabuhan untuk memboikot pembongkaran impor Migas. Biar tidak  bisa mebongkar Migas impor mereka.

Dan kok bisa-bisanya mereka menghalang-halangi pembangunan industri pengelolaan batu bara jadi LPG yang akan membuat jauh lebih murah harganya dibandingkan LPG yang dihasilkan dari hasil penyulingan minyak bumi.

Pasti yang menghalangi punya power yang kuat alias orang di seputaran kekuasaan Kang Mas sendiri.

Sebab dengan harga LPG yang murah maka industri manufaktur dan UMKM kita yang mengunakan bahan bakar LPG akan jauh lebih efisien dalam menjalankan usahanya.

Kang Mas, rakyat mencatat saat Kang Mas mengatakan bahwa Kang Mas sudah sudah tahu siapa pihak-pihak yang gemar mengimpor minyak dan LPG, yang Kang Mas sampaikan ketika membuka Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Istana Negara, Jakarta, Senin (16/12).

Batu bara bisa menjadi LPG lewat fasilitas pengolahan dimethyl ether (DME), gas dari batu bara yang menggantikan liquid petroleum gas (LPG).

DME diolah dari batu bara, yang mana produksinya memang jauh lebih murah daripada lifting minyak dan gas alam. Bahkan, batu bara yang akan dipakai merupakan batu bara berkalori paling rendah yang "kurang menguntungkan" jika dijual di pasar batu bara dunia.

Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk dan PT Pertamina serta perusahaan asal Amerika Serikat Air Product and Chemicals Inc pernah menandatangani nota kesepahaman untuk membangun fasilitas hilirisasi batu bara tersebut di Sumatera. Namun progresnya tidak jelas sampai seperti apa saat ini tuh Kang Mas.

Nah Kang Mas sudah check belum kalau industri 4.0 seperti transportasi online karyanya Mas Nadiem itu juga sudah menyebabkan kenaikan komsumsi BBM juga loh yaitu bertambahnya mobil dan motor di Indonesia.

Tapi baguslah yang penting rakyat bisa bekerja dan bisa menaikkan angka pertumbuhan ekonomi nasional sehingg tidak di bawah 5 persen.

Nah terkait 5 kilang minyak yang direncanakan dibangun tapi sudah lima tahun tidak kunjung kelihatan wujudnya, Kang Mas juga harus check apakah pemenang tender yang berpartner dengan Pertamina punya duit atau hanya sekadar broker.

Kang Mas, memang banyak sih sumur dan ladang minyak kita yang masih bisa dioptimalkan. Namun Kang Mas tahu tidak,  sumur-sumur itu udah tidak ekonomis lagi kalau dieksploitasi. Maklum, tinggallan penjajah Belanda. Dan kayaknya Pertamina dan pemerintah perlu mencari sumber minyak baru dah.

Dan ini tidak pernah tuh dilakukan karena biaya risetnya mahal banget loh katanya.

Untuk info aja ya Kang Mas, dan semakin melebar hingga 2018 seiring meningkatnya konsumsi domestik serta penurunan produksi.

Pada 2018, defisit neraca minyak nasional meningkat 13,79 persen menjadi 977 ribu barel per hari dibandingkan tahun sebelumnya. Melebarnya defisit minyak tersebut dipicu oleh kenaikan konsumsi minyak sebesar 5,24 persen menjadi 1,79 juta barel per hari diikuti turunnya produksi sebesar 3,52 persen menjadi 808 ribu barel per hari.

Ini yang membuat neraca perdagangan migas defisit pada tahun lalu akibat besarnya impor hasil minyak.

Jadi Kang Mas, itu semua gampang kok untuk nangani semua itu. Dan tidak perlu jengkel-jengkelan Kang Mas. Saya siap kok membantu Kang Mas demi bangsa dan negara kita.

Maju terus, sikat mafia impor migas. Tapi kalau berani ya.

(Waketum DPP Partai Gerindra)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita