Presiden Tunjuk Stafsus Milenial, BEM Trisakti Duga Jokowi bagi Kekuasaan, PSI: Jangan Ikut-ikutan

Presiden Tunjuk Stafsus Milenial, BEM Trisakti Duga Jokowi bagi Kekuasaan, PSI: Jangan Ikut-ikutan

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Perwakilan Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) Trisakti, Edmund Seko terlibat perdebatan dengan Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dara Nasution.

Keduanya memperdebatkan soal tujuh Staf Khusus (Stafsus) Milenial yang dipilih oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Melalui tayangan 'DUA SISI' yang diunggah kanal YouTube KOMPASTV, Senin (25/11/2019), mulanya Edmund Seko mengungkapkan kekhawatirannya terkait kinerja tujuh stafsus milenial tersebut.

Lantas, ia juga menyinggung nama satu di antara stafsus milenial, Billy Mambrasar.

"Menarik sekali bahasa-bahasa daripada Bang Billy ya," ucap Edmund.

"Saya hanya berharap sih, menanti kemudian bahasa-bahasa ini menjadi konkret di kemudian hari," sambungnya.

Menanggapi soal stafsus milenial tersebut, Edmund menduga adanya bagi-bagi kekuasaan pada era kepemimpinan Jokowi.

"Jangan sampai itu hanya pemanis di dalam berdialegtika kemudian sepat ujungnya," terang Edmund.

"Jadi saya masih pada pendapat saya bahwa saya menduga ini hanya sebagai bagi-bagi kue kekuasaan bagian ketiga," imbuhnya.

Namun, pernyataan Edmun tersebut langsung dibantah oleh Dara Nasution.

Ia menganggap Edmund terlalu pesimistis dalam menanggapi stafsus milenial tersebut.

"Ya melihatnya jangan pesimistis seperti itu," ucap Dara.

"Seharusnya saya sih melihat sebagai anak muda ni saya seneng ada temen-temen di sana yang punya akses langsung," sambungnya.

Dara mengungkapkan, keberadaan tujuh stafsus milenial itu seharusnya disambut baik oleh kaum muda.

Disebutnya, stafsus milenial tersebut justru jauh dari pengaruh politik.

"Justru keberadaan teman-teman yang 7 stafsus ini kan memangkas birokrasi, mereka punya akses langsung kepada presiden, bertemu langsung," terang Dara.

"Saya tentunya juga mengharapkan bahwa teman-teman ini juga diberikan QPA-QPA dari Pak Presiden ya mungkin sudah tapi belum diumumkan ke publik."

Lantas, Dara mengimbau masyarakat untuk menunggu hasil kerja tujuh stafsus milenial tersebut.

"Intinya kita tunggu dulu hasil kerja mereka, jangan kita ikut-ikutan karena anak muda selalu diremehkan," ucap Dara.

"Mungkin Edmund sebagai anak muda, mungkin Pak Pipin sebagai politisi muda, itu merasakan bagaimana anak muda selalu diremehkan."

Menurut Dara, kaum muda seharusnya mendukung keberadaan stafsus milenial tersebut.

"Ketika ada teman-teman kita di sana masa kita ikut jadi orang yang meremehkan, iya kan?," tanya Dara.

Menanggapi pernyataan Dara itu, Edmund kembali mengungkapkan pendapatnya.

Edmund mengklaim dirinya tak pernah merasa pesimis terhadap stafsus milenial.

Namun, Edmund hanya mempertanyakan soal idealisme para stafsus milenial seusai menduduki jabatan di pemerintah.

"Gini, saya mau menanggapi dulu bahwa sikap pesimis, enggak ada pesimis, tadi saya berpendapat saya kira Mbak Dara enggak memahami secara tulus apa yang saya sampaikan," ungkap Dara.

"Yang saya sampaikan itu adalah bagaimana menjaga idealisme yang baik dari Bang Billy yang sudah jelas-jelas punya karya sebelum masuk pemerintahan."

Simak video berikut ini menit 37.08:




BEM Trisakti Kecewa

Dalam kesempatan itu, sebelumnya Edmund Seko mengungkapkan kekecewaannya terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Kekecewaannya itu berkaitan dengan keputusan Jokowi menunjuk tujuh pemuda milenial sebagai staf khusus (Stafsus) presiden.

Edmund Seko lantas menyoroti alasan Jokowi merekrut tujuh stafsus milenial tersebut.

Ia mengaku memiliki pandangan berbeda terkait penunjukan tujuh stafsus milenial tersebut.

"Pertama, selamat buat Kakak Billy yang sudah terpilih," jelas Edmund Seko.

"Namun demikian bahwa saya memiliki pandangan yang berbeda ketika mendengar salah satu alasan atau salah satu latar belakang kehadiran atau kerja dari staf khusus ini adalah menjadi teman diskusi presiden," imbuhnya.

Secara gamblang, Edmund mengutarakan kekecewaannya terhadap keputusan Jokowi tersebut.

"Saya merasa sangat kecewa, kenapa demikian?," ucap Edmund.

Menurut Edmund, tanpa harus merekrut stafsus milenial, pihak istana sebenarnya sudah sering mengajak disukusi kaum muda.

Sebab, disebutnya pihak Kantor Staf Presiden (KSP) kerap mengundang para mahasiswa untuk berdikusi.

"Satu bahwa kita punya KSP, kalau untuk diajak teman diskusi mahasiswa sudah sering diundang ke KSP untuk mendengarkan aspirasi-aspirasi orang muda, itu yang ke satu," jelas Edmund.

Lantas, ia juga menyinggung kekhawatiran terkait sikap kritis para stafsus milenial yang bisa saja hilang seusai menduduki posisi tersebut.

"Yang kedua bahwa ketujuh orang milenial itu adalah beberapa orang yang luar biasa menurut saya," ungkap Edmund.

"Namun demikian, saya bukan suudzon (buruk sangka) tetapi jangan sampai kemudian keterlibatan mereka di dalam justru mengikis sikap-sikap kritis mereka, inovasi-inovasi mereka, yang telah mereka punya di luar pemeirntah," sambungnya.

Edmund juga menyinggung kekhawatiran soal 'bagi-bagi kue' di era pemerintahan Jokowi.

"Yang kemudian setelah masuk ke dalam pemerintahan dan akan menjadi modifikasi daripada bagi-bagi kue tahap ketiga," tutur Edmund.[tn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita