IMF di Balik Gagalnya Produksi Massal Pesawat N250 Karya Habibie

IMF di Balik Gagalnya Produksi Massal Pesawat N250 Karya Habibie

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Kepergian Presiden ke-3 Republik Indonesia sekaligus “Bapak Teknologi”, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, pada Rabu petang (11/9), menyisakan banyak duka.

Tidak terkecuali pada industri pesawat terbang Indonesia. Seperti diketahui dunia, Habibie telah menanamkan sejarah panjang pada kebangkitan teknologi pesawat di negeri ini.

Satu yang tak mungkin dilupakan dari karya Habibie adalah pesawat N250. Pesawat yang dinamai Gatotkaca ini terbang perdana pada 10 Agustus 1995. Kelak tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional atau disingkat Hakteknas mengingat tonggak sejarah kebangkitan teknologi di Indonesia ditandai dengan mengudaranya N250 Gatotkaca.

Tapi Apa Sebenarnya Arti Nama 'N250'?

“Huruf N pada pesawat itu berarti Nusantara. Adapun angka 2 merujuk pada jumlah mesin penggerak pesawat dan angka 50 adalah jumlah kapasitas pesawat,” jelas Pelaksana Tugas (Plt) Corporate Secretary PT Dirgantara Indonesia (DI), Irlan Budiman, di Bandung, Kamis (12/9).

Menurut Irlan, N250 yang digagas Habibie itu sudah terbang keliling dunia. Bahkan pesawat yang pertama kali dikembangkan pada 1986 tersebut sempat menjadi pusat perhatian dunia saat tampil dalam ajang bergengsi, Paris Air Show 1997.

Sayang, pada 1998, Indonesia yang saat itu membutuhkan bantuan pendanaan dari International Monetary Fund (IMF) terpaksa mengubur mimpi memassalkan N250. Salah satu perjanjian IMF menyebut Indonesia akan diberi bantuan namun tidak boleh mengembangkan pesawat sendiri.

“Akhirnya, 1998 N250 disetop dalam sisi pendanaan dan pengembangannya tidak bisa dilanjutkan karena itu salah satu perjanjian IMF,” kata Irlan.

Kini, purwarupa pesawat tersebut masih tersimpan apik di hanggar milik PT DI.

"Pesawat ini membuat dunia ini melek bahwa Indonesia khususnya oleh Pak Habibie mampu membuat pesawat terbang yang saat itu teknologinya paling canggih pada saat itu di kelasnya," ujarnya.

Manajer Komunikasi Perusahaan dan Promosi PT DI, Adi Prastowo, menjelaskan PT DI sebenarnya membuat empat purwarupa pesawat N250. Selain Gatotkaca, ada Kerincing Wesi. Sedangkan purwarupa ketiga dan keempat baru pada tahap badan pesawat dan terhenti pembuatannya karena pendanaannya sudah dihentikan.

Menurut Adi, N250 menjadi pesawat paling canggih di kelasnya ketika itu. N250 bahkan menjadi ancaman bagi industri pesawat terbang dunia lainnya.

"Kalau sekarang sama dengan ATR bahkan lebih canggih N250 karena menggunakan teknologi fly by wire dan kemudahan flight control. Pada zamannya belum ada yang menandingi," ujar Adi.

Kini, untuk mengenang kehebatan penggagasnya sekaligus agar generasi mendatang tetap mengenal si “Gatotkaca”, PT DI akan memindahkan N250 ke Museum Dirgantara Mandala di Yogyakarta. Penyerahan pesawat sedang dalam proses dan akan dimuseumkan dalam waktu dekat.

Pemindahan N250 dilakukan agar nantinya pesawat yang menjadi bagian dari sejarah besar Indonesia itu bisa dilihat secara luas oleh masyarakat. Juga sebagai bukti adanya karya anak bangsa yang mendunia.

“Pokoknya, secepatnya begitu beres administrasi langsung berangkat. Tahun ini diserahkannya. Untuk perjalanannya nanti pasti butuh pengawalan ekstra ketat,” tambah Adi. [kp]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA