Oleh: Widhyanto Muttaqien
Mbah Amien Rais reformasi itu People Power, bahkan keinginan untuk pengerahan massa waktu itu ditunda, atas permintaan Wiranto, nasehat Prabowo dan tokoh militer lainnya, takut ada korban jiwa. Toh mas Amien menurut waktu itu. Sekarang kok dalam demokrasi yang tenang mas Amien bicara People Power.
Berikut kutipan buku Jokowi People Power
Transfer kekuasaan dalam demokrasi representatif cenderung lebih memusatkan kepentingan elite atau kelompok tertentu sebagai akibat pelemahan rakyat yang menginginkan demokrasi sejati. People power (kekuatan rakyat) dipagari oleh hal-hal yang bersifat prosedural dan simbolis.
Dominasi elite telah mencaplok hak politik rakyat. Mekanisme itu didobrak oleh people power saat Pilpres 2014 yang mendudukkan Jokowi sebagai Presiden.
People power ini tidak boleh berhenti karena elite koruptor dan penindas rakyat yang menjadi lawan kekuatan rakyat tidak bakal berdiam diri.
Nah, ternyata dalam kacamata Projo, medio 2014 People Power penting karena korupsi meningkat. Mbah Amien mungkin lupa.
Ini pernyataan elit sekarang “Jangan ginilah. Jangan menekan-nekan dengan cara menakut-nakuti rakyat, pemerintah. Semuanya ada mekanismenya. Ada undang-undangnya ada aturan hukumnya,” ujar Jokowi usai berkampanye di Aimas Convention Center Kabupaten Sorong, Papua Barat, 1 April 2019.
KPK menduga ada kebocoran sekitar 1.000-2.000 trilyun.
Sementara dugaan DPT bermasalah 14 hari jelang Hari H belum ada titik terang, terlalu banyak. https://katadata.co.id/berita/2019/04/02/kpu-hasil-pemeriksaan-dpt-bermasalah-akan-diserahkan-ke-bpn-pekan-ini
Kawan saya bilang mas Amien itu hal-hal besar bisa jadi necesary evil dalam demokrasi jadi santai aja, hal-hal kecil seperti politik uang, sembako, sarung, hoaks mungkin syarat perlu untuk menjadi lesser evil. Mbah Amien jangan lupa sejarah panjang Nusantara ini punya cara bahagia untuk menyelesaikan persoalan dengan penguasanya, ingat Ken Arok kan dan jejadiannya now, jadi santai saja Mbah. Kalau mbah Amien perintahkan Ahsyiaappp. (*)