UAS: Menghela atau Dihela

UAS: Menghela atau Dihela

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Oleh: Alwira Fanzary Indragiri*

GALAU. Atau hanya sekedar merisau. Romahurmuzy, katanya punya taktik untuk memposisikan Ustad Abdul Somad (UAS) agar berada tegak 'ditengah' dalam kontestasi pemilihan Presiden mendatang. Menarik.

Berarti Romi sadar nian kecenderungan UAS berada pada pihak rival. Dan upaya ini melalui Rusli Effendi kata Romi. Kader senior PPP dari Riau. Boleh lah, namanya juga usaha. Sila dicoba.

Tapi boleh juga lah saya sedikit mengingatkan. Setidaknya apa yang saya tau: Kemana arah pilihan UAS?.

Meski tak pernah secara eksplisit UAS mengatakan berada pada 02, dan aturannya juga tidak memperbolehkan: UAS itu ASN. UAS sekali waktu pernah mengatakan, dan tak pernah diralat: menunggu apa yang dikatakan imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab. Dan HRS sudah mengambil keputusan: Prabowo-Sandi.

Pertanyaannya, signifikan kah kecenderungannya pilihan UAS ini menentukan perolehan suara Pilpres? Jawabannya relatif. Jika jutaan 'pecinta' UAS, baik itu di medsos atau dunia nyata itu hanya sekedar 'penikmat' tausiyah UAS dengan ketenarannya, maka: tidak akan berpengaruh banyak. Bisa jadi nihil.

Namun jika sebaliknya, meresapi dan dijadikan pedoman: tentunya menggentarkan. Dan itu mungkin yang diperhitungkan Romi. Dengan segala kalkulasinya.

Dalam setiap tausiayahnya, UAS sangat menekankan pada tiga hal: Politik, pendidikan dan ekonomi umat. Jika mau dikerucutkan, maka bisa dirangkum pada poin politik. Sebab disitu penentu kebijakan pendidikan dan ekonomi. Dahsyat memang pengaruh politik beserta partisipasinya. Sebab itu UAS ingatkan bertalu-talu.

Secara umum, bagi seorang followers sejati, jika ia tidak paham tentang suatu hal, kurang referensi, atau ia ragu, maka pilihan serta keinginan orang yang dijadikan panutannya itu biasanya yang juga diikuti. Sangat rasional. Namanya saja pengikut.

Jadi, kedepannya, bagi yang katanya tunak dengan tausiyah-tausiyah UAS: yang belum, dan juga yang bersikukuh tak mau memilih, eloknya mengubah cara pandang tentang pentingnya pilpres ini.

Bahkan, bagi masyarakat umum, saat sudah jelas ada dua pilihan: Jokowi atau Prabowo, tidak relefan lagi ada yang mengasosiakan dirinya kedalam kata netral atau independen. Itu kalau punya prinsip hidup. Kecuali mereka yang dalam aturan tidak boleh menampakkan keberpihakan.

Bagi Romi, lanjutkan saja usahanya. Memang harus gigih. Dan Romi sudah buktikan kegigihannya itu dalam kancah politik nasional. Bahkan sangat gigih.

*) Ketua OKP Lingkar Anak Negeri Riau(LAN-R)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita