Pengguna Internet di China Dukung Pelaku Penembakan Masjid di Selandia Baru

Pengguna Internet di China Dukung Pelaku Penembakan Masjid di Selandia Baru

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Tak pernah ada yang menyangka sebelumnya, Brenton Tarrant, pemuda 28 tahun yang membantai 50 orang di dua masjid di Christchuch, Selandia Baru Jumat lalu, ternyata mengagumi negara China seperti yang dia tulis dalam surat panjang atau manifestonya.

Dalam tulisannya, Tarrant menyebut 'negara yang paling dekat dengan pandangan politik dan sosial yang dianutnya' adalah China. Tarrant mengatakan dia mengagumi negara yang 'tidak beraneka ragam'.

Meski Tarrant tidak menjabarkan mengapa dia menyukai China, namun tindakan terorisme yang dia lakukan rupanya mendapat dukungan dari sejumlah pengguna dunia maya di China.

Dalam salah satu tautan di jejaring sosial WeChat ada judul artikel "Kata-kata yang tertulis di senjata pelaku penembakan di Selandia Baru menggambarkan kecemasan mendalam orang kulit putih di Eropa."

Dikutip dari laman Quartz, Senin (18/3), Tarrant diketahui menulis sejumlah kata-kata di senjata yang dia gunakan untuk membantai 50 orang itu. Kata-kata itu menunjukkan supremasi bangsa kulit putih yang diagungkan Tarrant.

Artikel di WeChat itu sedikitnya dibaca oleh lebih dari 100 ribu orang di China. Isinya menyalahkan pemerintah Kota Christchurch yang mengizinkan pembangunan masjid hingga menyebabkan warga muslim banyak berdatangan ke kota itu. Bahkan ada kalimat di artikel itu yang menyebut penembakan itu adalah rekayasa yang dibikin oleh politisi aliran kiri.

Sejumlah komentar dari artikel itu juga menyebut para penganut 'agama hijau'--sebutan melecehkan di dunia maya China terhadap Islam--yang menyebabkan serangan itu terjadi terhadap mereka.

"Agama hijau melancarkan serangan teroris di mana-mana, dan sekarang serangan itu akhirnya kembali kepada mereka sendiri. Agama hijau itu terbelakang, bodoh, barbar, dan bengis," kata seorang pengguna dunia maya.

Di jejaring sosial Weibo di China, banyak komentar juga justru menilai penembakan itu adalah hasil perbuatan yang dibenarkan secara politik. Pandangan semacam ini dalam beberapa tahun belakangan mendapat banyak dukungan di dunia maya di China.

Salah satu pengguna Weibo menulis, "Aksi ini bentuk perlawanan kaum kulit putih yang jarang terjadi. Kita harus perbanyak aksi semacam ini dan mendorong orang kulit putih untuk memberi penghargaan kepada pelaku penembakan, termasuk hadiah Nobel Perdamaian."

Pengguna lain berkomentar dengan mengatakan, "peristiwa ini jadi peringatan bagi penganut 'agama hijau' bahwa tidak semua orang akan membiarkan tindak kekerasan yang mereka lakukan selama ini."

Sentimen anti-Islam kini makin meluas di dunia Internet di Negeri Tirai Bambu di tengah beredarnya kabar kebijakan pemerintah China yang menekan kaum minoritas seperti yang dialami muslim Uighur di Provinsi Xinjiang.

Salah satu kasus yang sempat mengemuka yaitu soal 'halalifikasi', warga China marah karena produk halal bisa mengancam persatuan China. Salah satu aplikasi jasa pengiriman makanan terbesar di China, Meituan, tahun lalu meluncurkan layanan pengiriman dengan kemasan makanan halal dan itu memicu kemarahan warga China. Mereka mengatakan langkah itu bentuk diskriminasi terhadap warga non-muslim. [mdk]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA