Menaikan Elektabilitas 02

Menaikan Elektabilitas 02

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Oleh: Muhammad Farras Fadhilsyah*

Baru- baru ini beberapa lembaga survei mengeluarkan hasil terbaru survei mereka mengenai elektabilitas kandidat Pilpres 2019. Walaupun seringkali survey selalu menjadi bahan perdebatan mengenai hasil lembaga survei tersebut karna banyak di isukan hasil itu hanyalah bayaran dan penggiringan opini belaka. Tetapi tidak ada salahnya bahwa hasil dari beberapa lembaga survei ini menjadikan test on the water atau bisa menjadi bahan pelajaran bagi kedua kubu. Berikut ini beberapa hasil lembaga survei mengenai elektabilitas kandidat Pilpres 2019 :

1.Litbang Kompas

Waktu: 22 Februari-5 Maret 2019 
Jumlah responden: 2.000
Margin of error: +/- 2,2% (tingkat kepercayaan 95%).
Hasil:
-Jokowi-Ma'ruf Amin 49,2%
-Prabowo-Sandiaga 37,4%
-Undecided Voters: 13,4%

2. SMRC

Waktu: 24-31 Januari 2019
Jumlah responden: 1.620
Margin of error: +/- 2,65% (tingkat kepercayaan 95%)
Hasil:
- Jokowi-Ma'ruf: 54,9%
- Prabowo-Sandiaga: 32,1%
- Undecided Voters: 13,0%

3. PolMark Indonesia

Waktu: Oktober 2018-Februari 2019
Jumlah responden: 440 di masing-masing 72 dapil
Margin of error: +/- 4,8% dan 880 responden di 1 dapil dengan margin of error+/- 3,4% (tingkat kepercayaan 95%)
Hasil:
- Jokowi-Ma'ruf: 40,4%
- Prabowo-Sandiaga: 25,8%
- Undecided Voters: 33,8%

4. Konsep Indonesia (Konsepindo Research and Consulting)

Waktu: 17-24 Februari 2019
Jumlah responden: 1.200
Margin of error: +/- 2,9% (tingkat kepercayaan 95%)
Hasil:
- Jokowi-Ma'ruf: 54,8%
- Prabowo-Sandiaga: 34,1%
- Undecided Voters: 11,1%

5. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA

Waktu: 18-25 Februari 2019
Jumlah responden: 1.200
Margin of error: +/- 2,90% (tingkat kepercayaan 95%)
Hasil:
- Jokowi-Ma'ruf: 58,7%
- Prabowo-Sandiaga: 30,9%
- Undecided Voters: 9,90%.

Sumber: Detik.com

Melihat dari beberapa lembaga survei yang telah dirilis di bulan ini, hasilnya tidak ada perubahan yang berbeda jauh, bahkan bisa di katakan perubahan selisih nya tidak ada peningkatan bagi kubu 02. Ini menjadi pertanda bahwa tim 02 harus berekerja lebih keras lagi untuk berfikir menaikan elektabilitas. Salah satu faktor yang harus di tekankan oleh tim 02 untuk menyentuh grassroot lebih dalam dan intensif lagi membuat program yang mudah di terima oleh masyarakat bawah .

Kubu 02 selama ini program kampanye nya bisa di katakan tidak terlalu menyentuh di kalangan grassroot. Selama ini tim 02 lebih banyak permaianan retorika menyerang opini tentang stigma-stigma yang di lemparkan ke 01. Dan mulai belakangan ini saja tim 02 baru mengkampanyekan program-program yang langsung menyentuh ke kalangan grassroot, ini bisa di katakan telat karena lawan nya 01 sudah memulai duluan program-program ini. Nampaknya permainan isu dan stigma tidak berpengaruh banyak untuk menyerang elektabilitas 01.

Cara untuk menyentuh kalangan grassroot adalah dengan cara membuat program dengan menggunakan isitilah yang mudah di pahami oleh masyrakat bawah. Dengan itu mereka akan berkesan bahwa ada langkah nyata untuk mereka, maka disini peran membuat gymick politik sangat di tekankan. Kubu 01 sudah memulai start duluan mengenai 3 kartu andalan nya tersebut. Bagi para pendidikan kelas menengah keatas memang penerbitan kartu tersebut menjadi konterversi. Tetapi untuk di kalangan grassroot kehadiran kartu tersebut sangat lah berarti karna berkesan ini langkah yang benar dan nyata. Mereka tidak peduli bagaimana anggaran itu di dapatkan dan lain-lainnya. Yang mereka paham adalah mereka melihat ada langkah nyata.

Jika melihat debat cawapres kemarin Sandiaga sebagai cawapres 02 melawan 3 kartu yang di terbitkan kandidat 01 tersebut dengan mengatakan tidak perlu membuat 3 kartu itu, cukup hanya mengintegraskan dengan E-KTP karena E-KTP sudah berbasis Big Data menurut penulis issue tersebut hanya berpengaruh di pendidikan kelas menengah ke atas tidak untuk di kalangan grassroot. Karena yang di inginkan masyarakat luas adalah sebuah bentuk yang nyata, ada wujudnya, dan harus di tekakan adalah program baru.

Selain itu ada yang tidak kalah penting untuk menaikan elektabilitas adalah konten iklan di media elektronik. Waktu Pilpres akan semakin dekat maka kita juga akan melihat akan banyak tayangan iklan dari kandidat 01 maupun 02. Yang harus di tekankan bahwa pembuatan iklan tersebut harus bisa menyentuh hati masyrakat dan merasa dari iklan tersebut masyarakat merasa kandidat ini memang membuat gebrakan baru. Kita belajar dari iklan pada Pilgub DKI kemarin di mana penulis ber anggapan bahwa iklan pasangan Anies-Sandi sangat berpengaruh karena pendekatan iklan tersebut adalah pendekatan daya tarik hati. Disitu terjadi lah simpatik kepada pasangan Anies-Sandi.

Masih ada waktu bagi masing-masing kandidat untuk menaikan elektabilitasnya. Pada dasarnya dalam politik tidak ada yang pasti dan juga tidak ada yang bisa memprediksi dengan pasti karena apapun bisa berubah di keesokan harinya. (*)

*) Penulis adalah Mahasiswa Universitas Al-Azhar Indonesia
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita