Jokowi Capres Yang Kesepian

Jokowi Capres Yang Kesepian

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Oleh: Ivan Faizal

JOKO Widodo alias Jokowi sebagai sebagai seorang Presiden Republik Indonesia selalu ramai dikelilingi banyak orang, mulai para menteri kabinet kerja, pejabat dan rakyat.

Namun sebagai seorang capres (calon presiden) Jokowi adalah sosok yang kesepian.

Setidaknya hal ini tergambar dari serangkaian hasil survei sejumlah lembaga survei. Kita ambil contoh survei terbaru yang dirilis oleh Litbang Kompas. 

Dalam survei tersebut, Maruf Amin yang digandeng Jokowi sebagai cawapres nyatanya kurang mengigit. Survei memperlihatkan, responden yang memilih Jokowi berdasarkan faktor Maruf hanya 5,4 persen saja. 

Lain halnya Sandiaga Uno yang menjadi pendamping Prabowo. Responden memilih Prabowo karena faktor Sandi mencapai 16,7 persen. Dengan kata lain, keberadaan Maruf tidak memberi dampak positif dalam pencapresan Jokowi.

Masih berdasarkan survei Litbang Kompas. Partai-partai koalisi Jokowi-Ma'ruf juga tidak sepenuhnya solid mendukung Jokowi. Ini bisa dilihat dari dukungan loyalis partai kepada pasangan capres-cawapres.

Sebanyak 41,7 persen responden loyalis Golkar misalnya menyatakan mendukung Prabowo, kemduain 30,1 persen loyalis PKB dan 27,8 persen loyalis PPP juga sama memilih mendukung Prabowo. Hanya loyalis PDI Perjuangan yang relatif solid. Survei menunjukan 95 persen loyalis PDI Perjuangan menyatakan mendukung Jokowi.

Soal dukungan loyalis partai sendiri, memang tidak terlalu mengenjutkan. Toh di kubu Prabowo juga mengalami hal serupa. Loyalis PAN misalnya 35,1 persen menyatakan mendukung Jokowi, begitu juga dengan loyalis Demokrat yang 31,5 persen menyatakan dukungan Jokowi.

Meski begitu, bagi Jokowi tentu hal ini menjadi anomali, mengingat jauh-jauh hari partai-partai berebut mengusung Jokowi sebagai capres.

Bahkan sebelum Pemilu banyak partai pendukung Jokowi ramai-ramai memasang gambar Jokowi di alat peraga kampanye mereka. Anehnya, hari ini partai-partai koalisi Jokowi di luar PDI Perjuangan, justru enggan memasang gambar muka Jokowi-Maruf Amin di alat peraga kampanye mereka.

Bagaimana dampaknya untuk pencapresan Jokowi? Bertarung sendirian, Jokowi jelas keteteran melawan Prabowo. Sekalipun dari survei Litbang Kompas, Jokowi masih unggul 49,2 persen berbanding Prabowo yang meraup 37,4 persen. 

Tapi yang perlu dicatat, masih ada 13,4 persen masyarakat yang memilih merahasiakan pilihannya. Apalagi di survei tersebut Jokowi mengalami penurunan elektabilitas sedangkan elektabilitas Prabowo justru terkerek naik. 

Dengan waktu pencoblosan yang tinggal tiga pekan, segala kemungkinan masih bisa terjadi. Akankah Jokowi yang kesepian itu memenangi pertarungan atau bisa jadi tumbang? (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita