Ridwan Saidi: Ke Mane Kite Pergi, di Situ Ada Prabowo-Sandi

Ridwan Saidi: Ke Mane Kite Pergi, di Situ Ada Prabowo-Sandi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Budayawan Betawi Ridwan Saidi menilai Joko Widodo (Jokowi) tengah menunjukkan gejala psikologis sebagai seorang yang akan kalah di Pilpres 2019. Ridwan melihat, gejala ini tampak usai banyaknya pengkritik pemerintah yang dijebloskan ke penjara.

Demikian Ridwan sampaikan dalam acara diskusi bertajuk 'Jelang Pilpres Jokowi Blunder & Panik?' di Seknas Prabowo-Sandi, Jalan HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (12/2).

"Yang kayak begini sebenarnya ini adalah psikologi orang yang sudah mengerti akan kalah. Apalagi Amien Rais, Pak Prabowo, diancem bakal ada penangkapan-penangkapan. Nah, itu dia takut," ujar Ridwan.

Dalam kesempatan itu, Ridwan kemudian mengungkit sejarah saat dirinya masih berkecimpung di dunia politik bersama PPP pada zaman Orde Baru. Kala itu, Golkar yang notabene lawan politiknya tidak sampai melakukan hal-hal seperti yang dilakukan rezim saat ini.

"Golkar dulu tidak panik karena dia tidak mungkin membendung saya di DKI dia biarkan kami menang. Nggak ada lagi yang bisa dia lakukan. Aceh menang, Kalimatan Selatan menang, baru dia jagain yang lain-lan," ungkapnya.

Di sisi lain, dia menuding bahwa Jokowi tidak bisa menggaet suara pemilih di setiap daerah. Sebab Ridwan mengklaim, hampir di setiap daerah yang disasar petahana sudah menjadi basis Prabowo-Sandi.

Dia bahkan mengibaratkan, kubu petahana kini sedang terjebak dalam permainan sepak bola khas Brasil Joga Bonito.

"Dia mau jaga mana? Mau ke mane kite pergi, di situ ada Prabowo-Sandi kok. Susah. Jadi dia itu menghadapi Joga Bonito zaman Romario Faria (pemain bola Brasil). Dia mau jaga satu ada Bebeto, dia mau jaga Bebeto ada Dunga, jadi susah. Mereka ini susah. Jadi, satu permainan cantik Joga Bonito zaman itu. Nah ini, sekarang begitu yang dia alami," ungkapnya.

Lebih lanjut, Ridwan berharap, Jokowi tidak terus melakukan penangkapan kepada pihak yang melakukan kritik. Pilpres harus disikapi sebagai sebuah pertandingan yang biasa. Ada pihak yang kalah, ada yang menang.

"Kalau pertandingan itu ada yang kalah, ada menang, ya kan? Nggak usah berimbas seperti ini. Nanti ada penilaian Komnas HAM internasional kok gini-gini amat sih pemilu di Indonesia lawannya nggak boleh menang. Jangan begitu lah," pungkasnya. [jp]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita