Pertumbuhan Ekonomi Jokowi Stagnan, Jauh dari Janji Manis 7%

Pertumbuhan Ekonomi Jokowi Stagnan, Jauh dari Janji Manis 7%

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018. Hasilnya, ekonomi 'hanya' tumbuh 5,17% di 2018.

Selama era Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjabat rata-rata pertumbuhan ekonomi hanya 5,04% per tahun. 

Berikut data pertumbuhan ekonomi era Presiden Joko Widodo :

- 2015 : 4,88%
- 2016 : 5,03%
- 2017 : 5,07%
- 2018 : 5,17%

Di awal janjinya, Jokowi dan JK kala itu menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7%. Sayangnya, realita tak mampu menggapai angan dan cita-cita. 

Selama pemerintahan Jokowi-JK pertumbuhan ekonomi tak mampu berada di atas 5,2%. Paling tinggi, ekonomi era Presiden Jokowi hanya mampu mencapai level tertingginya di 2018 yang mana mencapai 5,17%.

Pada 2018 sendiri, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV mencapai 5,18%. Di antaranya ditopang oleh :

- Konsumsi Rumah Tangga : 5,08%
- Konsumsi LNPRT : 10,79%
- PMTB (Investasi) 6,01%
- Ekspor : 4,33%
- Impor : 7,10%

Berikut abstraksi pertumbuhan ekonomi 2018:


Perekonomian Indonesia tahun 2018 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 14.837,4 triliun dan PDB Perkapita mencapai Rp 56,0 Juta atau US$ 3.927,0.

Ekonomi Indonesia tahun 2018 tumbuh 5,17% lebih tinggi dibanding capaian tahun 2017 sebesar 5,07%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 8,99%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 9,08%.

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2018 dibanding triwulan IV-2017 tumbuh 5,18% (y-on-y). Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 9,08%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan didorong oleh semua komponen, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen PK-LNPRT sebesar 10,79%.

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2018 dibanding triwulan III-2018 mengalami kontraksi sebesar 1,69% (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami penurunan 21,41%. Dari sisi pengeluaran, disebabkan oleh komponen Ekspor Barang dan Jasa yang mengalami kontraksi 2,22%.

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial tahun 2018 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,48%, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,58%, dan Pulau Kalimantan 8,20%.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan target 7% memang berat dicapai. Pasalnya ada normalisasi bunga dari Bank Sentral AS hingga Perang Dagang. 

"RPJMN [Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional] itu kan disusun 5 tahun ke depan. Tahun 2014 target 7%, kita tidak pernah berfikir The Fed naikkan bunga cukup sering, perang dagang, dan sebagainya."

"Target 7% berat sekali. Tapi memperhatikan ekonomi global, komoditas fluktuatif, saya bilang 5,17% bagus. Kita tidak the best tapi masih okelah," tegas Suhariyanto. [cnbc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita