Tak Ingin Rakyat Menderita, Cendana dan Cikeas Bersatu Menangkan Prabowo-Sandi

Tak Ingin Rakyat Menderita, Cendana dan Cikeas Bersatu Menangkan Prabowo-Sandi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Cendana dan Cikeas bersatu untuk memenangkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga pada Pilpres 2019. Bersatunya kedua kekuatan mantan Presiden Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini diprediksi bisa memberikan perlawanan sengit kepada capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.

"Cikeas dan Cendana ini ibarat supelemen vitamin C. Super sekali. Karena diperlukan kekuatan yang sangat besar untuk melawan Jokowi. Andai kedua kubu itu serius, maka dipastikan pertarungan Pilpres 2019 akan sengit,” kata pengamat politik dari Universitas Bunda Mulia (UBM) Silvanus Alvin.

Dia mengatakan, bergabungnya Cikeas-Cendana tentu harus diikuti pula dengan pernyataan tegas dari Prabowo selaku capres. Andai terpilih, jangan sampai Prabowo jadi berhutang budi pada Cikeas serta Cendana yang ujungnya politik balas budi," ujar Silvanus kepada Harian Terbit, Senin (7/1/2019).

Prabowo selaku capres, sambung Silvanus, harus tegas bahwa masuknya Cendana juga bukan berarti akan menjadi peluang untuk kebangkitan pemerintahan Orde Baru. Karena banyak pihak juga menolak Orde Baru berkuasa kembali. 

Menurutnya,  Cikeas dan Cendana harus sepenuh hati mendukung Prabowo -Sandiaga. Sedangkan terkait Cendana yang telah baru membentuk partai yakni Partai Berkarya maka harus fokus sepenuh hati mendukung Prabowo-Sandiaga atau lebih condong untuk masuk ke parlemen. 

"Karena Jokowi ini kuat bukan hanya dari sisi politis saja melainkan juga dari sisi media. Media-media mainstream rata-rata pendukung Jokowi. Media massa tak dapat dipungkiri menggiring opini publik ke salah satu kandidat," jelasnya.

Tidak Akur

Sementara itu, pengamat politik dari Point' Indonesia (PI) Karel Susetyo mengatakan, sejatinya trah Cendana dan Cikeas tidak akan pernah akur untuk mewujudkan impiannya. Oleh karena itu agak aneh Cendana dan Cikeas bersatu untuk menangkan Prabowo-Sandi  dengan alasan agar rakyat tidak menderita.

"Kan Sarwo Edhie (mertua Susilo Bambang Yudhoyono - SBY) disingkirkan Suharto ketika rezim Orba berkuasa," ujarnya.

Karel menilai, persatuan (Cendana-Cikeas) adalah suatu langkah semu saja. Buktinya pada Pilpres 2014 lalu SBY juga  menyatakan pro Prabowo-Hatta. Ternyata di lapangan itu tak ada faktanya untuk mendukung Prabowo-Hatta. Saat ini pun sama yang dilakukan Demokrat, karena banyak simpatisan Demokrat yang menjatuhkan hatinya ke pasangan capres nomor urut 01 yakni Jokowi-Ma'ruf. 

Menurutnya,  Cendana saat ini secara politik sudah tidak bergigi lagi. Buktinya sejak pemilu 1999 tak ada parpol bentukan atau berafiliasi dengan Cendana yang bisa survive hingga lolos parlemen. Sedangkan pamor Cikeas saat ini tengah meredup. Karena kekalahan telak Demekrat di pemilu 2014 menunjukkan bahwa pamor Cikeas meredup.

"Oleh karenanya sebagaimana tergambar dari beberapa hasil survei terakhir, Jokowi unggul rata-rata diatas 20% dari Prabowo. Selisih prosentase sebesar itu sudah cukup baik kok untuk Jokowi. Ini artinya Jokowi akan tetap dapat meraih simpati walaupun Cikeas dan Cendana bersatu," tandasnya. 

Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yudha mengemukakan,  dukungan dari Partai Berkarya seolah menjadi kekuatan tambahan, khususnya dari segi logistik yang selama ini menjadi persoalan di kubu Prabowo. 

"Prabowo dapat vitamin dua C. Satu Cikeas, dan yang kedua Cendana. Dapat apa, isinya tergantung mereka. Itu potensinya bisa mesin politik, bisa logistik. Tapi harus totalitas, kalau hanya sekadar dukungan, itu tidak efektif," ujarnya. 

Cikeas merupakan istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada rumah SBY di Cikeas, Bogor. Sedangkan Cendana merujuk pada rumah mantan Presiden Soeharto. 

Saat ini Partai Berkarya besutan anak Soeharto, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soharto), telah mendukung koalisi Prabowo. [HT]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita