Ma’ruf Amin: Jangan Pilih Pemimpin yang Bodoh

Ma’ruf Amin: Jangan Pilih Pemimpin yang Bodoh

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin mengatakan bahwa perhatian Presiden Jokowi terhadap anak-anak santri tak perlu diragukan lagi.

Karena mantan Wali Kota Solo dua periode tersebut telah memberikan bukti nyata. Salah satunya dengan menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional.

"Jadi kalau Jokowi dibilang anti-Islam, itu tidak benar, buktinya Jokowi-lah yang menetapkan Hari Santri Nasional, itu bukti beliau cinta Islam dan Santri,'' ujar Kiai Ma’ruf dalam acara Mustasyar PBNU berserta Alim Ulama se-Sumsel di Pondok Pesantren Syafa'atut Thulab, Desa Bakung, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumsel, Jumat (11/1).

Kiai Ma'ruf mengatakan, dia maju menjadi calon wakil presiden karena diajak oleh Jokowi. Selama ini, dirinya lebih banyak bergerak di jalur kultural melalui Nahdlatul Ulama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Namun karena keinginan untuk ikut melakukan perubahan serta dorongan dari para ulama, dia akhirnya menerima ajakan untuk mendampingi Jokowi, dan berhijrah dari perjuangan melalui jalur kultural ke jalur struktural.

’’Saya didorong para Kiai untuk menjadi Cawapres, sebagai bentuk tanggung jawab yang besar, dengan harapan nantinya ada presiden dari NU dan kami adalah pasangan yang ideal untuk menyatukan ulama dan umaroh,'' tukasnya.

Untuk itu, lanjutnya, PBNU harus allout memenangkan Jokowi pada pilpres 17 April mendatang. Sebab kalau sampai tidak menang, maka NU tidak akan dipercaya lagi.

Pada kesempatan tersebut, Ma’ruf juga mengingatkan para jamaah harus dekat dengan ulama. Karena, ulama memiliki tugas memberikan pemahaman terhadap agama, mendirikan pesantren untuk menurunkan ilmunya.

“Ketika ulama meninggal, maka yang dibawa ilmunya. Ketika ulama meninggal harus ada penggantinya untuk memimpin, jadi jangan pilih pemimpin yang bodoh,'' katanya.

Oleh sebab itu, Kiai Ma'ruf berpesan kepada orang tua agar memperhatikan dan mendidik putra-putrinya di pondok pesantren.

"Tapi ingat jangan kirim anak-anaknya yang nakal ke pesantren, karena pesantren bukan tempat rehabilitasi anak-anak nakal,'' katanya. [JP]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita