Kebijakan Ekonomi Pemerintah Bikin Susah, Menteri Jokowi Tak Mampu Bekerja

Kebijakan Ekonomi Pemerintah Bikin Susah, Menteri Jokowi Tak Mampu Bekerja

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Presiden Joko Widodo dinilai mantan Menko Maritim DR Rizal Ramli (RR) jujur, tidak neko-neko, tapi kebijakan ekonominya bikin susah. “Pajak kita diuber-uber. Rakyat memang sudah kesal dengan kondisi perekonomian saat ini,” kata Rizal di Surabaya.

Menanggapi pernyataan RR ini, peneliti kebijakan publik Indonesian Public Institute (IPI), Jerry Massie mengatakan, kebijakan ekonomi Jokowi bikijn susah tak lain karena para menteri yang duduk di kabinet, khususnya Menteri yang menangani masalah ekonomi, tak mampu bekerja dan tidak handal.

"Coba lihat Menteri Gus Dur kala itu ada Kwik Kian Gie dan Rizal Ramli, ekonominya dari minus ke plus kok. Sehebat-hebatnya Presiden jika tak didukung oleh para Menteri yang handal pasti tak optimal," ujar Jerry Massie kepada Harian Terbit, Kamis (17/1/2019).

Jerry menuturkan, jika nanti Jokowi terpilih lagi sebagai Presiden maka tim ekonominya harus orang-orang yang expert dan handal serta banyak pengalaman, dan penting diplomasinya bagus. Seperti yang dilakukan mendiang presiden Soeharto yang mengangkat para menterinya seperti JB Sumarlin, Ali Wardhana, Emil Salim, Widjojo Nitisastro, Subroto dan Saleh Afif dengan julukan "Five Berkeley".

"Saat ini economic growth kita hanya 5,02 persen. Ke depan harus lebih baik lagi. Masa kalah dari pemerintahan SBY secara average bisa mencapai 6-7 persen," jelasnya.

Ekonomi

Koordinator Gerakan Perubahan (Garpu) Muslim Arbi mengatakan, ada benarnya jika kebijakan ekonomi Jokowi membuat banyak masyarakat yang susah. Tidak hanya masyarakat, akibat dari kebijakan ekonomi Jokowi yang keliru juga membuat susah dan derita negara. Karena dari kebijakan ekonomi Jokowi yang keliru tersebut membuat utang pemerintah menumpuk hingga mencapai Rp 5227 Triliun.

Selain itu kebijakan ekonomi Jokowi yang keliru juga membuat defisit melanda dihampir semua sektor keuangan negara. Ekonomi juga stagnan diangka 5 %. Tragisnya lagi, mata uang Rupiah hanya berputar - putar dikisaran Rp 14 ribu/dolar. Jauh dari janjinya di Pilpres 2014 yakni dibawah Rp 10 ribu/dolar. Padahal menggenjot proyek infarstruktur dari hutang dipastikan akan membebani keuangan negara dan beban anak cucu.

"Di tangan Jokowi juga membuat sektor riil tidak jalan. Impor juga menggila dan menggerus ketahanan ekspor terutama disekfor pangan. Akibatnya, ekonomi tidak bergairah," paparnya.

Survei

Ekonom senior Rizal Ramli, mengaku tidak percaya dengan hasil survei dari sejumlah lembaga survei yang mengunggulkan Jokowi-Maruf Amin menang atas Prabowo-Sandiaga di atas 20 persen.

“Dugaan saya, yang benar: Jokowi hanya sekitar 40 persen, Prabowo 30 persen. Tapi Prabowo naik, Jokowi merosot, dan yang swing voters itu masih 30 persen,” kata mantan Menko Maritim era Presiden Jokowi itu di Surabaya.

Rizal menjelaskan, 30 persen swing voters itu adalah mereka yang belum menentukan pilihan ini dari kalangan masyarakat terdidik dan mapan secara ekonomi.

“Di satu segi dia senang sama Jokowi, jujur, enggak neko-neko, tapi kebijakan ekonominya bikin susah, pajak kita diuber-uber. Tapi mau milih Prabowo juga belum mau, jadi 30 persen ini masih ragu-ragu,” paparnya.

Bahkan, menurut Rizal, kalaupun Prabowo-Sandi memenangi Pilpres 2019, belum tentu karena faktor timnya yang hebat, tapi rakyat memang sudah kesal dengan kondisi perekonomian saat ini.

“Saya bilang sama Prabowo: Seandainya Mas Bowo menang, belum tentu karena timnya Mas Bowo hebat. Tapi rakyat sudah sebel saja ekonomi susah. Pingin perubahan, yang penting ganti (presiden) dulu dah! Urusan berikutnya belakangan,” katanya.

Melihat situasi ini, Rizal menduga hingga April 2019 akan banyak perubahan dan kejutan. Apalagi keinginan rakyat untuk perubahan begitu kuat. “Rakyat Indonesia pingin menunya jangan tahu tempe doang. Ada ayamlah, ikan, steak, dessert,” katanya.

Nah, lantaran rakyat ingin perubahan, tandas Menko Bidang Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut, “Tugas kita, kita dorong kedua Capres ini buat nawarin menu baru, jangan hanya tahu sama tempe doang,” ucapnya.  [HT]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita