Usai Tembak Mati Pekerja Jembatan, Tokoh Papua Merdeka Ini Sebar Hoaks

Usai Tembak Mati Pekerja Jembatan, Tokoh Papua Merdeka Ini Sebar Hoaks

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Usai menembak mati pekerja proyek jembatan di Mbua, Kabupaten Nduga, Papua, tokoh Papua Merdeka yang berdomisili di Australia, Lewis Prai, menyebar berita hoaks.

Kabar bohong yang disebar Lewis di twitter dan facebooknya menyebutkan, militer Indonesia telah melakukan serangan udara menggunakan helikopter militer, di Nduga, Papua Barat.

"Hampir 5 bom telah dijatuhkan di Distrik Mbua, dan saat ini kami tidak dapat mengkonfirmasi kondisi warga sipil di daerah tersebut," tulisnya.

Berita Lewis itu, langsung ditanggapi dengan amarah seorang warganet, bernama Merry.

"Saya tidak melihat ini di setiap berita lokal atau internasional. Data bicara, BERHENTI MENYEBARKAN HOAX. Mengulangi informasi yang tidak akurat berarti menyebarkan KETIDAKTAHUAN," tulisnya.

Tanggapan Merry dijawab oleh akun robot, yang mengungkit kembali peristiwa 1962, yang menuding militer Indonesia mencaplok sebagian wilayah Papua Barat.

Seorang simpatisan Papua Merdeka yang berakun @Onea Kana, juga membantu Lewis menegaskan seolah-olah berita hoaks tersebut benar. Menanggapi Merry, dia menulis dalam bahasa Inggris yang artinya, "Bre**sek, tidakkah kau tahu bahwa pemerintah Anda memiliki bar semua media ke Papua Barat. Begitu miskin Anda, Anda tidak tahu apa yang terjadi di sana. Pria ini (Lewis Prai) memberi informasi yang akurat dan segar dari sumber kami di Papua Barat," ujarnya.

Akun @Abhie membantu Merry. "Omong kosong, pergi ke neraka OPM."

Onea Kana menjawab, "Waktu akan menjawab. Anda tidak akan terkejut"

Warganet lainnya, Graasians Paaskalis Ginting menulis, "Lewis Prai didikan Australia yang haus kekuasaan. Inilah salah satu kacang yang lupa kulitnya. Menghasut saudara Papua untuk keluar dari Indonesia. Kita semua bersaudara kakak. Dari Aceh sampai Papua kita bersaudara. Mari bangun bersama-sama negara yang kita cinta ini. Jangan mau diadu domba oleh negara luar."


[rky]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita