SBY Bicara soal Nasionalisme dan Globalisme, Fahri Hamzah: Kabinet Ini Tidak Punya Ideologi Pak

SBY Bicara soal Nasionalisme dan Globalisme, Fahri Hamzah: Kabinet Ini Tidak Punya Ideologi Pak

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah tampak menanggapi cuitan dari Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait dua pemimpin negara barat tentang nasionalisme dan globalisme.

Hal itu disampaikan Fahri Hamzah melalui akun Twitter-nya, @Fahrihamzah, Kamis (15/11/2018).

Awalnya, SBY menuliskan soal dua pemimpin negara barat yakni Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Menurut Ketua Umum Partai Demokrat itu, argumen antara kedua pemimpin negara trsebut menarik untuk diikuti sebab Donald Trump mengutamakan globalisme, sementara Emmanuel Macron mengutamakan nasionalisme dan patriotisme.

SBY mengatakan jika globalisme dan nasionalisme bisa akur dan berdampingan.

"Saya berpendapat keduanya tak perlu dipertentangkan. Globalisme (dulu internasionalisme) & nasionalisme bisa akur & berdampingan," tulis SBY.

Menanggapi hal itu, Fahri Hamzah mengatakan jika kabinet di Indonesia tidak mempunyai ideologi.

Lantas, dirinya menyinggung soal penjelasan dari 'Avenger vs Thanos', 'Game of Throne', sampai 'Sontoloyo' dan 'Genderuwo'.

Menurut Fahri Hamzah, dirinya belum menemukan arus pikiran utama dan ideologinya.

"Kabinet ini tidak punya ideologi pak, di balik penjelasan tentang avenger vs thanos, game of throne, sampai sontoloyo dan genderuwo saya belum menemukan arus pikiran utama dan ideologinya," cuit Fahri Hamzah.


Sebelumnya, SBY berpendapat negara-negara barat memiliki definisi tersendiri mengenai nasionalisme yang dinilai tak baik sementara negara-negara lain juga punya definisinya tersendiri, termasuk Indonesia.

Lebih lanjut, menurut SBY, keduanya tak perlu dipertentangkan dan sebenarnya bisa hidup saling berdampingan.

Berikut cuitan lengkap dari SBY terkait globalisme dan nasionalisme yang didebatkan oleh Donald Trump dan Emmanuel Macron.

"Menarik mengikuti "serang-menyerang" antara pemimpin Negara Barat tentang "nasionalisme", utamanya Trump (AS) lawan Macron (Perancis).

Yang satu utamakan "nasionalisme & patriotisme" ketimbang "globalisme". Yang lain kedepankan "globalisme" & kecam "nasionalisme".

Negara Barat definisikan sendiri apa itu "nasionalisme", yang dinilai tak baik. Sementara negara Non-Barat, termasuk Indonesia, punya definisi lain.

Saya berpendapat keduanya tak perlu dipertentangkan. Globalisme (dulu internasionalisme) & nasionalisme bisa akur & berdampingan.

Nasionalisme perlu diartikan sebagai "cinta bangsa". Setiap bangsa tentu punya "rasa, semangat, & wawasan kebangsaannya" masing-masing.

Andaikata kini negara-negara hidup dalam "perkampungan global" (global village), tetap saja miliki rumah sendiri. Rumah itulah "kebangsaannya".

Tak salah jika ada yang katakan "kepentingan bangsalah" yang harus diutamakan, sepanjang tidak merugikan & memusuhi bangsa lain.

Saya setuju dengan pandangan Bung Karno ~ hakikatnya nasionalisme & internasionalisme miliki hubungan positif & tak harus bermusuhan.

Yang penting kita tak anut "narrow nationalism" yang tak peduli terhadap kepentingan bersama (shared interests) bagi dunia yang damai, adil, & sejahtera.

Partai Demokrat (yang saya gagas & dirikan) berpaham "Nasionalis-Religius" ~ "partai kebangsaan yang ber-Ketuhanan", menuju Indonesia Maju," tulis SBY.


BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita