Pesawat Berputar, Oleng, Lalu Menabrak Air Laut

Pesawat Berputar, Oleng, Lalu Menabrak Air Laut

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Nelayan Karawang, Sabudi (30 tahun), adalah salah satu saksi mata kecelakaan Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT-610. Saat peristiwa nahas itu terjadi, Senin pagi kemarin, nelayan Desa Tanjung Pakis, Karawang, tersebut sedang berada di tengah laut di Tanjung Karawang.

Ia bersama nelayan lainnya sudah berangkat melaut selepas subuh. Pantai Tanjung Pakis terletak di punggung Tanjung Karawang. Sebuah bagian yang menjorok ke laut di bagian timur Jakarta. Tepat di ujung Jalan Raya Tanjung Pakis.

Pantainya berpasir hitam. Saat matahari mulai meninggi, nelayan sedang asyik menjaring udang. Di langit, Sabudi melihat pesawat berwarna putih dengan corak oranye terbang cukup rendah.

Menurut penuturannya, pesawat itu terlihat sedang berputar dan hendak berbelok. Namun, ketika sudah berbelok, pesawat justru menukik ke laut. "Setelah berputar, pesawat oleng dan menukik tajam, lalu terjatuh menabrak air laut," kata Sabudi saat bercerita kepada sejumlah awak media di posko taktis Tanjung Pakis, Karawang, Rabu (31/10).

Ketika pesawat itu terjatuh, Sabudi mendengar suara yang teramat keras. "Seketika terdengar ledakan seperti suara petir yang kerasnya tiga kali lipat," ujar dia.

Sabudi sangat terkejut dengan apa yang telah dilihatnya. Dia bersama nelayan lainnya tidak berani mendekati lokasi asal sumber suara itu. Mereka memutuskan untuk kembali ke pesisir.

Jarak tempuh lokasi dia mencari udang dengan pantai sekitar tiga jam. Setibanya di pantai, Sabudi semakin kaget. Sebab, pesisir Pantai Tanjung Pakis yang biasanya sepi mendadak dikerumuni warga.

Kendaraan milik polisi, TNI, ambulans, dan kendaraan pribadi berjajar di hamparan pasir pantai. Saat itu pula ia langsung melapor kepada petugas yang ada bahwa mereka melihat ada pesawat jatuh. "Saya diminta petugas kepolisian untuk kembali ke laut dan menunjukkan lokasi jatuhnya pesawat tersebut," kata dia.

Setelah tiga jam melakukan perjalanan dengan perahu, ia bersama tim menemukan area jatuhnya pesawat Boeing 737 Max 8 tersebut. Serpihan pesawat berhasil ditemukan, begitu pula dengan beberapa bagian tubuh korban.

Tidak berapa lama, puluhan perahu mendatangi lokasi yang ditunjukkan Sabudi. Sampai saat ini, lokasi tersebut menjadi area prioritas pencarian korban dan badan pesawat Lion Air.

Ni'man (50 tahun), nelayan lainnya yang melaut bersama Sabudi, juga tidak menyangka akan melihat peristiwa besar dalam hidupnya. Apalagi, peristiwa ini terkait dengan jatuhnya pesawat Lion Air yang membawa 181 penumpang dari Jakarta menuju Pangkal Pinang.

"Baru dua kali dalam hidup saya melihat peristiwa besar. Pertama, saat ada ikan paus terdampar pada 2012 lalu, kemudian kemarin pesawat jatuh," ujar Ni'man.

Hari ketiga pascajatuhnya pesawat Lion Air JT-610, pencarian masih terus dilakukan. Pantai Tanjung Pakis juga masih ramai dikunjungi warga dan tim gabungan. Pantai ini menjadi salah satu titik evakuasi untuk korban maupun serpihan pesawat.

Shalat Gaib

Pada Rabu (31/10) siang, Wakil Bupati Karawang Ahmad Jimmy Zamakhsyari menginisiasi untuk menggelar shalat gaib bagi korban pesawat tersebut. Ribuan warga dari berbagai elemen masyarakat melaksanakan shalat gaib berjamaah di bibir pantai Tanjung Pakis.

"Untuk mendoakan korban, kita menggelar shalat gaib. Semoga seluruh korban dan bangkai pesawat segera ditemukan, keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," ujar Jimmy.

Ia menjelaskan, kecelakaan ini adalah sejarah di Kota Karawang. Belum pernah terjadi sekali pun insiden kecelakaan pesawat di kawasan itu. Situasi perairan Tanjung Karawang dengan kedalaman laut berkisar 40 sampai 60 meter dengan iklim cuaca yang relatif stabil, kata dia, merupakan kawasan yang aman dilintasi pesawat.

Binatang laut di perairan itu, tambah dia, juga jarang ada yang ganas, seperti hiu atau lainnya. Namun, memang pernah ada ikan paus yang terdampar di sini.

Jimmy mengatakan, perairan Tanjung Karawang relatif dangkal daripada sejumlah perairan lain di Indonesia. Pendangkalan laut tersebut karena kiriman lumpur dari Sungai Citarum yang membuat kawasan pesisir maupun laut di sekitarnya menjadi dangkal.

Pemkab Karawang siap mencairkan dana tanggap darurat sebesar Rp 1 miliar untuk membantu menalangi operasional pencarian korban dan pesawat Lion Air. Dana tersebut, kata dia, sudah ada dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2018. "Dalam kondisi darurat, dana cadangan ini bisa dicairkan," kata Jimmy.

Menurut dia, dana itu bisa dimanfaatkan dalam situasi mendesak bagi kelancaran evakuasi korban ataupun pencarian bangkai pesawat Lion Air yang hilang. Situasi yang dimaksud, seperti dapur umum untuk kebutuhan tim evakuasi, ekspedisi, hingga pembelian bahan bakar minyak (BBM) kapal. "Anggaran ini bersifat tentatif sampai selesai masa tanggap darurat berakhir," ujar dia.

Saat melakukan peninjauan ke posko evakuasi, Jimmy mengaku mendapatkan keluhan dari Tim SAR mengenai jarak tempuh dalam memperoleh BBM. Dia mengatakan, tim evakuasi harus menempuh jarak hingga 15 kilometer dari pesisir menuju stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Desa Batujaya. "Kami bisa bantu proses pengantarannya melalui dana tanggap darurat yang ada," katanya.

Sampai dengan kemarin sore, warga terus memadati area pantai Tanjung Pakis, Rabu, untuk menyaksikan proses evakuasi. "Kami penasaran melihat berita-berita pesawat jatuh di pantai Tanjung Pakis ini. Kebetulan lokasinya dekat, jadi ingin melihat proses evakuasinya," ujar Eni (38), warga Babelan, Kabupaten Bekasi, di Karawang.

Ia mengaku datang ke lokasi pantai Tanjung Pakis bersama keluarga dan tetangganya. Selain ingin menyaksikan proses evakuasi jatuhnya pesawat di perairan Tanjung Karawang, ia juga ingin berwisata ke pantai.

Begitu juga seorang warga lainnya, Sudin (27). Warga Kecamatan Batujaya ini sengaja datang ke pantai Tanjung Pakis untuk menyaksikan langsung proses evakuasi jatuhnya pesawat Lion Air tersebut. "Selama ini kita hanya melihat dari televisi saja proses evakuasi, jadi ingin melihat dari dekat saja," kata dia.

Warga yang datang ke area pantai Tanjung Pakis tidak hanya datang dengan menggunakan sepeda motor dan mobil pribadi. Ada pula dari mereka yang datang dengan menggunakan kendaraan bak terbuka.

Selain menyaksikan proses evakuasi, warga yang datang ke lokasi juga melakukan swafoto. Bahkan, beberapa petugas pencari dan presenter perempuan televisi nasional tidak luput dari sasaran swafoto warga. [rol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita