Pembunuhan Subaidi Berawal dari Status “Siapa Pendukung Jokowi yang Ingin Merasakan Pedang Ini”

Pembunuhan Subaidi Berawal dari Status “Siapa Pendukung Jokowi yang Ingin Merasakan Pedang Ini”

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pembunuhan Subaidi di Sampang Madura menjadi perhatian banyak orang. Pasalnya, pembunuhan itu berawal dari perbedaan pilihan politik menjelang pemilihan Presiden 2019.

Perbedaan politik itu menyebabkan Subaidi (40) tewas. Subaidi ditembak mati oleh Idris (30). Korban mengalami luka tembak di bagian dada, tepatnya di bawah rusuk.

Warga Tamberu Barat itu sempat menjalani perawatan di puskesmas setempat. Selanjutnya, dirujuk ke RSUD dr H. Slamet Martodirdjo Pamekasan. Namun nyawanya tak tertolong.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera mengatakan, pembunuhan Subaidi bermula dari status Facebook “Siapa pendukung Jokowi yang ingin merasakan pedang ini”. Status itu lengkap dengan gambar samurai.

Akun milik Idris kemudian memberikan komentar di postingan itu. “Saya pingin merasakan tajamnya pedang tersebut,” tulis Idris.

Pria yang diduga anggota salah satu ormas yang membuat status itu kemudian mendatangi Idris. Ia ingin mengklarifikasi komentar Idris.

Saat ditanya, Idris membenarkan bahwa akun tersebut merupakan miliknya. Namun bukan dia yang mengomentari postingan tersebut.

Idris mengaku ponsel miliknya sudah dijual. Saat dijual, aplikasi Facebook di dalamnya belum di-log out. Idris menduga akun facebooknya digunakan orang lain.

Esoknya, Idris mendapatkan kabar bahwa ada video viral mengenai dirinya saat tengah diklarifikasi mengenai komentar di postingan tersebut. Postingan video dari akun Ahmad Alfateh itu dibumbui dengan kata-kata bernada mengancam dan menyudutkan Idris.

Tak terima dengan postingan itu, Idris langsung mencari informasi dengan bertanya kepada temannya terkait akun Ahmad Alfateh mengunggah videonya.

Singkat cerita, Idris mengetahui bahwa akun Ahmad Alfateh itu dimiliki Subaidi. Idris langsung mendatangi rumah Subaidi untuk mengklarifikasi postingan video itu. Namun dia tidak menemui Subaidi. Akhirnya, Idris mengetahui bahwa Subaidi bekerja sebagai tukang gigi.

Idris lantas mendatangi tempat Subaidi bekerja di Kampung Pakis Desa Sokobanah Laok Kecamatan Sokobanah. Idris menembak Subaidi di dada kiri, Rabu (21/11).

Keesokan harinya, Idris yang merupakan warga Kecamatan Sokobanah akhirnya ditangkap polisi.

“Tersangka kita tangkap di Desa Karang Penang Onjur, pada Kamis (22/11) sekitar pukul 17.30,” ucap Kapolres Sampang AKBP Budi Wardiman, seperti dilansir Radar Madura (grup Jawapos/pojoksatu.id).

Disinggung soal motif penembakan? Budi Wardiman menjelaskan bahwa korban dan pelaku sebelumnya cekcok di media sosial (medsos). Keduanya bertemu dan kembali cekcok. Akhirnya pelaku menembak korban di bagian dada.

Dikatakan Budi Wardiman, pistol yang digunakan pelaku berjenis pen gun. Senjata itu hanya berisi satu peluru. Diduga, pelaku mendapatkan senjata dari temannya yang pernah bekerja di Kalimantan. Akibat perbuatannya, tersangka bisa dijerat hukuman maksimal 20 tahun atau seumur hidup.

Kubu Prabowo Minta Jokowi  Tidak Kompor

Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berharap kasus ini menjadi pelajaran bagi seluruh pihak tanpa kecuali untuk berhenti melakukan provokasi.

“Ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak bahwa harus mengakhiri dan mengurangi diksi yang menghina pribadi dan memprovokasi alias jadi kompor,” kata juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Andre Rosiade, kepada wartawan, Selasa (27/11/2018).

Harapan ini dikhususkan Andre kepada Presiden Jokowi. Menurut dia, Jokowi harus menjadi panutan dalam menciptakan situasi politik damai.

Andre pun mengungkit pernyataan Jokowi yang menggunakan diksi politikus sontoloyo, tabok, genderuwo, hingga kompor.

“Untuk itu, semua menenangkan diri, terutama presiden harapan kami. Karena presiden adalah kepala negara kita yang harus jadi suri teladan bangsa Indonesia,” imbuh politikus Gerindra itu.

“Kalau presiden terus, mohon maaf Pak Jokowi terindikasi jadi kompor, misal sontoloyo, mau tabok, tanpa menurunkan tensi dan tidak memakai diksi yang mempersatukan nantinya takut di bawah akan seperti ini,” tandas Andre. [ps]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita