Pakar Jerman: Jatuhnya Lion Air Bukan Masalah Pemeliharaan Pesawat

Pakar Jerman: Jatuhnya Lion Air Bukan Masalah Pemeliharaan Pesawat

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pesawat Lion Air JT610 baru dioperasikan Agustus silam. Pertanyaan yang banyak timbul adalah bagaimana pesawat yang sebaru itu bisa mengalami kecelakaan fatal? DW berbicara dengan pakar keamanan transportasi Jerman.

Pesawat Lion Air JT 610 dengan rute penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di perairan Karawang, Senin (29/10) silam baru dioperasikan oleh maskapai tersebut Agustus silam. DW mewawancara pakar keamanan transportasi dan hukum udara di Jerman, Prof. Dr. iur. Elmar Giemulla. Profesor kehormatan bidang hukum transportasi udara di Technische Universität Berlin ini memberikan beberapa perspektif alternatif yang mungkin bisa menjelaskan risiko kecelakaan terkait pesawat yang baru beroperasi.

DW: Prof. Giemulla, Anda mendengar kabar tentang kecelakaan pesawat yang baru-baru ini terjadi di Indonesia. Bisa Anda jelaskan bagaimana mungkin pesawat yang demikian baru bisa mengalami kecelakaan seperti ini?

Prof. Dr. Elmar Giemulla: Ya ini sangat mengejutkan dan tidak biasanya pesawat jatuh hanya beberapa saat setelah lepas landas. Jelas-jelas ini bukan masalah yang biasa terjadi dalam pemeliharaan karena kalau ini terjadi biasanya masalah tidak langsung terjadi sebelum lepas landas.

Pernah ada kejadian serupa pada masa lalu dimana pesawat jatuh ke laut Karibia tidak lama setelah berhasil lepas landas kasusnya mirip sekali dengan yang di Indonesia ini. Setelah diselidiki ternyata ada permasalahan di tabung pitot yang menghubungkan indikator kecepatan pesawat.

Apakah pesawat yang jatuh di Laut Karibia itu juga pesawat baru?

Tidak, itu pesawat lama. Namun setelah diinvestigasi tidak ditemukan adanya masalah dalam pemeliharaan, tidak ada yang salah dengan pesawat itu selain terkait dengan tabung pitot tersebut. Dan kejadian ini tentu bisa juga terjadi pada pesawat baru. Tabung itu sangat kecil (besarnya hanya beberapa milimeter) dan mereka bekerja memompa air ke dalam tabung.

Pergerakan udara ini lah yang menjadi indikasi kecepatan pesawat bagi para pilot. Jadi kalau tabung ini terblokir, bisa jadi oleh es, yang mungkin bukan ini masalahnya di Indonesia, atau oleh kelembaban, atau adanya serangga yang masuk ke dalam tabung, maka indikator kecepatan tidak bisa bekerja dengan selayaknya dan ini membingungkan pilot.

Pilot yang menerbangkan pesawat memiliki jam terbang yang tinggi, seberapa sering kebingungan ini terjadi?

Tidak terjadi terlalu sering. Kasus ini sejauh pengamatan saya selama ini hanya terjadi dua kali pertama yang di Karibia yang tahun 1996, kasus ini mirip sekali dengan kasus di Jakarta. Yang lainnya 2009, Air France plane jatuh di laut Atlantik Selatan. Pada saat itu pesawat sedang terbang di awan dan ada badai. Saat inilah tabung pitotnya terblokir es dan mereka bingung dan tidak tahu seberapa cepat pesawat melaju dan karenanya salah mengambil reaksi.

Apa ada kemungkinan lain yang bisa menjadi pemicu kecelakaan sebuah pesawat baru?

Saya tidak bisa memikirkan kemungkinan lain. Tapi bisa juga terjadi karena pesawat ini masih sangat baru. Sebuah produk yang baru biasanya belum teruji, kalau ada kesalahan atau masalah dalam desainnya akan bisa muncul belakangan. Ini tentu saja bisa terjadi dan tidak mengejutkan, Boeing sebagai pihak manufaktur pesawat punya kewajiban untuk menjaga (kualitas) pesawat.

Pihak keluarga yang ditinggalkan tentu akan segera akan bertanya-tanya siapa yang harus bertanggung jawab atas kematian orang-orang yang mereka cintai dan mereka akan meminta kompensasi. Dan tentu saja Boeing dalam hal ini sebagai manufaktur pesawat bisa juga menjadi pihak yang bertanggung jawab, atau sering disebut dengan product liability.

Ya, jadi di dalam hal ini yang bisa bertanggung jawab bukan hanya maskapai. Seperti yang Anda sebutkan tadi ini adalah pesawat baru. Maksud saya, pesawat baru harus bisa diandalkan. Jadi kecurigaan bisa mengarah ke keandalan produk, kegagalan produk, cacat desain, dan tentu saja ini (masih) harus diselidiki.

Sejauh ini semua masih spekulatif. Harapan saya dan juga semua orang adalah untuk mengetahui apa yang terekam dalam kotak hitam pesawat. Namun asumsi pertama saya adalah sesuatu yang terkait dengan tabung pitot karena ada sesuatu yang jelas-jelas membingungkan pilot sehingga pesawat jatuh ke laut dalam kondisi langit yang cerah dan sama sekali tidak ada apa-apa.

Apa ada prosedur pemeriksaan standar untuk pesawat baru?

Tentu saja ada beberapa tahap pengecekan untuk pesawat (tidak hanya pesawat baru), ada tahap pengecekan A, B, C dan D. Ini adalah pengecekan dengan intensitas yang berbeda. Yang D berarti pesawat tidak diizinkan terbang selama beberapa minggu, mereka (para teknisi) memeriksa, membuka dan mengganti beberapa komponen. Pengecekan tahap D ini yang paling akurat biasanya setelah pesawat beroperasi selama satu atau dua tahun.

Yang paling awal adalah line check yaitu tahap A, itu dilakukan di bandara sebelum terbang dan dilakukan, ini hanya untuk melihat apakah ada oli yang bocor, gesekan dan semacamnya, tidak ada yang spesial. Tapi biasanya pada pesawat yang baru beroperasi dua bulan hanya dilakukan line check, tidak perlu pemeriksaan C dan D karena pesawat ini kondisinya belum kritis karena baru dua bulan.

Apakah ada garansi ketika sebuah maskapai membeli pesawat?

Tentu saja ada garansinya. Tapi biasanya tidak mencakup kecelakaan, tapi misalnya ada sesuatu komponen yang harus diperbaiki, ini bisa ditanggung oleh garansi yang dimiliki Boeing. [dtk]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA