Keseringan, Bantahan Jokowi soal PKI Tidak Mutu

Keseringan, Bantahan Jokowi soal PKI Tidak Mutu

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Presiden Joko Widodo kembali menyinggung soal isu PKI yang kerap dikaitkan dengan dirinya saat kunjungan kerja di Lampung, Jumat (23/11). Jokowi masih merasa kesal dengan isu tersebut.

Bahkan, calon presiden petahana itu ingin mencari siapa yang menggulirkan isu tersebut dan ingin menaboknya.

Pihak oposisi menilai penyataan Jokowi tersebut hanya gimmick untuk mengalihkan isu yang lebih besar dan substantif.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono mengatakan, Jokowi kembali membahas isu PKI karena terbawa perasaan alis baper. Menurutnya, tidak perlu Jokowi nabokin orang terkait isu PKS tersebut.

"Itu cuma baper saja lah Kangmas Joko Widodo. Nih saya jamin ya, Kangmas Joko Widodo itu bukan aktivis PKI, sekali lagi dan bukan keturunan orang PKI," ujar Arief, Sabtu (24/11).

"Jadi jangan lagi Kangmas Joko Widodo terus-terusan ngomong difitnah sebagai aktivis PKI atau keturunan PKI ya Kangmas, karena enggak mutu dan terkesan minta dikasihani masyarakat supaya simpati," lanjutnya.

Apalagi isu PKI yang disebar melalui media sosial itu hanya fitnah karena belum ada buktinya kalau Jokowi aktivis PKI. "Biar saja di medsos difitnah-fitnah, yang pentingkan enggak terbukti," ujar Arief.

Saat ini PKI sebagai organisasi politik tidak ada lagi karena telah dibubarkan sejak puluhan tahun silam. Ajaran komunis juga dilarang penyebarannya di Indonesia. Karena itulah menurutnya isu tersebut tidak relevan jika dihubungkan dengan Jokowi.

Arief menyarankan kepada Jokowi untuk melindungi dan memberikan ruang bagi keluarga yang disebut keturunan PKI yang selama Orde Baru mendapat perlakuan diskriminatif.

"PKI sudah enggak ada lagi partainya dan ajarannya di Indonesia. Karena itu Pak Joko Widodo juga harus bisa memberikan ruang dan perlindungan dong pada keluarga keturunan PKI dan korban kekejaman Orde Baru pada pengucilan keluarga PKI," jelasnya.

"Sebab kasihan mereka banyak yang dimarjinalkan oleh masyarakat dan pemerintah selama ini. Padahal mereka tidak tahu apa-apa dan enggak salah," tutup Arief menambahkan. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita