Beda Kelas Presiden Soeharto dengan Jokowi Saat Menanggapi Aset Muhammadiyah

Beda Kelas Presiden Soeharto dengan Jokowi Saat Menanggapi Aset Muhammadiyah

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - WAKIL Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ustaz Tengku Zulkarnain membandingkan pemerintahan era Presiden  Soeharto dan Presiden Joko Widodo.

Menurut Ustaz Tengku Zulkarnain, Soeharto dan Joko Widodo alias Jokowi tersebut berbeda kelas.

Pernyataan itu disampaikan Ustaz Tengku Zulkarnain lewat akun Instagramnya, @tengkuzulkarnain.id, pada Rabu (28/11/2018). 

Ustaz Tengku Zulkarnain menceritakan soal perbedaan terletak dari tanggapan Soeharto dibandingkan Jokowi-Joko Widodo, ketika merangkul Muhammadiyah.


Jokowi, kata Ustaz Tengku Zulkarnain, terkejut ketika mengetahui pencapaian Muhammadiyah yang dapat membangun sebuah gedung mewah senilai Rp 300 miliar.

Gedung senilai Rp 300 miliar itu kini menjadi aset Muhammadiyah.

Gedung tersebut adalah Gedung Rektorat Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Gedung Induk Siti Walidah.

Pernyataan Jokowi tersebut diungkapkan Ustadz Tengku Zulkarnain berbanding terbalik dengan Soeharto yang secara langsung berkontribusi mengembangkan Muhammadiyah.

"Muhammadiyah Mampu Membangun Gedung 300 M, Presiden Heran...?," tulis Ustadz Tengku Zulkarnain.

Dirinya pun menceritakan peran Soeharto yang turut serta mengembangkan Muhammadiyah. Seperti pembangunan sebuah Rumah Sakit Muhammadiyah di Yogyakarta.

Kala itu, permintaan Ketua Muhammadiyah Kiyai Haji A.R Fachruddin terkait pembangunan rumah sakit dijawab langsung oleh Presiden Soeharto.

Presiden Soeharto tidak hanya menyetujui pembangunan rumah sakit tersebut, tetapi juga memberikan bantuan dana yang sangat besar.

"Saat Muhammadiyah sudah membeli sebidang tanah di Yogyakarta, Muhammadiyah memutuskan akan membuat sebuah Rumah Sakit yang lumayan besar dan modern. Kemudian Ketua Muhammadiyah saat itu, Kiyai Haji A.R Fachruddin, menuliskan sebuah surat kecil kepada pak Harto," ungkap Ustadz Tengku Zulkarnain.

"Isi surat bertulis tangan itu: 'Pak Harto yth, Muhammadiyah akan membangun Rumah Sakit di Yogyakarta. Monggo kerso....'. Pak Harto menjawabnya dengan memberikan sumbangan uang cash yang menurut almarhum AR. Fachruddin saat itu jumlahnya sangat banyak," tambahnya.

Pembangunan rumah sakit berlantai delapan pun rampung dan dimanfaatkan masyarakat hingga saat ini. Kisah tersebut diungkapkan Ustadz Tengku Zulkarnain menjadi pembanding berbeda kelasnya Presiden Soeharto dengan Jokowi.

"Hasilnya Rumah Sakit Muhammadiyah bertingkat 8 itu segera selesai dan langsung dimanfaatkan buat umat. (Pak Harto menunjukkan kelasnya sebagai Presiden)," jelasnya.

Megahnya rumah sakit tersebut dilihatnya langsung ketika diirmya melakukan perjalanan studi pariwisata mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) pada tahun 1988 silam.

Ketika itu, terdapat seorang mahasiswi dari sebanyak 105 mahasiswa yang ikut serta jatuh sakit.

Mahasiswi tersebut pun dirawat di rumah sakit yang kini diberi nama RS PKU Muhammadiyah itu. Tidak hanya megah, rumah sakit pun katanya bersih dengan pelayanan yang memuaskan.

"Pada tahun 1988 saat perjalanan studi mahasiswa Fakultas Sastra USU, Program Study Pariwisata, ke Jawa-Bali-Lombok, saya pernah membawa satu orang mahasiswi dari 105 mahasiswa saat itu, yang jatuh sakit, utk berobat ke sana. Megah, bersih, dan pelayanannya memuaskan," jelasnya. [trb]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita