Prabowo Pemimpin Sejati

Prabowo Pemimpin Sejati

Gelora News
facebook twitter whatsapp


Oleh: Moh. Nizar Zahro*

DRAMA pengeroyokan kepada Ratna Sarumpaet memasuki babak anti klimaks dengan adanya pengakuan dari yang bersangkutan bahwa sebenarnya tidak ada pengeroyokan dan selama ini dirinya berbohong, termasuk berbohong kepada Calon Presiden, Prabowo Subianto dan tokoh nasional Amien Rais.

Mendengar pengakuan Ratna Sarumpaet, Capres Prabowo yang sebelumnya mendesak kasus pengeroyokan segera diusut, langsung meminta maaf. Dirinya pun mengakui telah grusa-grusu. Terbawa arus sentimentil atas penganiyaan yang dilakukan terhadap nenek 70 tahun.

Kami sebagai kader Partai Gerindra sangat bangga dengan tindakan Capres Prabowo.

Pertama, ketika mendapat laporan tentang penganiayaan, Capres Prabowo langsung menggelar konferensi pers sebagai pembelaan nyata terhadap pendukung yang dianiaya. Inilah sosok pemimpin sejati yang siap sedia membela orang tertindas. 

Apa dampaknya? Luar biasa! Polisi langsung bergerak mengumpulkan bukti-bukti. Menyisir setiap sudut Kota Bandung dan Jakarta. Membuka rekening dan telepon pribadi Ratna Sarumpaet. Suatu langkah polisi yang patut diapresiasi, meski sangat disayangkan dokumen lidik bisa tercecer ke ruang publik.

Intinya, konpres yang dilakukan oleh Capres Prabowo tidak sia-sia. Ada dampaknya. Yakni polisi cepat bergerak. Kebenaran cepat terungkap.

Sehingga apabila dipercaya menjadi Presiden 2019-2024, maka rakyat Indonesia di belahan bumi mana pun, dapat tersenyum bahagia karena memiliki presiden yang siap membela rakyatnya. Tidak hanya Ratna Sarumpaet saja yang dibela. 

Sebelumnya, pada tahun 2013, Prabowo juga berusaha menyelamatkan TKI Wilfrida Soik dari ancaman hukuman gantung dalam kasus pembunuhan majikannya di Malaysia. Prabowo bolak-balik ke Malaysia dan menyewa pengacara kelas wahid Malaysia, Tan Sri Shafee, yang akhirnya berhasil membebaskan Wilfrida dari segala tuntutan pada 2015.

Kedua, setelah mencuat pengakuan Ratna Sarumpaet, Capres Prabowo juga sontak berbicara ke media, bahwa dirinya meminta maaf. Sikap pemimpin sejati. Mau mengakui kesalahan. Tak segan meminta maaf. Jarang ada pemimpin model Pak Prabowo.

Ketiga, Capres Prabowo juga mengambil sikap tegas dengan meminta Ratna Sarumpaet mundur dari Tim Kampanye Prabowo-Sandi. Sosok pemimpin yang tegas. Indonesia membutuhkan sosok pemimpin tegas yang berani memberikan hukuman kepada pendukung yang bersalah.

Kasus menyampaikan berita bohong sejatinya tidak hanya dialami Capres Prabowo saja. Selevel Presiden Joko Widodo juga pernah melakukannya, bahkan di berbagai forum baik dalam negeri maupun forum internasional.

Presiden Joko Widodo di berbagai forum dengan bangganya menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati ranking tiga di dunia. 

Klaim Presiden Jokowi disanggah oleh kolumnis ekonomi Jake Van Der Kamp dalam tulisan yang berjudul: "Sorry President Widodo, GDP rankings are economists' equivalent of fake news". Tulisan tersebut dimuat oleh media massa terbesar di Hongkong South China Morning Post pada 2 Mei 2017.

Jake Van Der Kamp menyampaikan Indonesia dengan angka pertumbuhan 5,02 persen berada pada ranking 13 di Asia, bukan tiga di dunia. Dengan nada meledek, Van Der Kamp mempertanyakan klaim Jokowi tersebut. "Ketiga di dunia, benarkah? Dunia yang mana?".

Menurut perhitungan Van Der Kamp, setidaknya di Asia sendiri ada 13 negara dengan pertumbuhan ekonomi yang melampaui 5,02 persen Indonesia.

Dalam kasus kebohongan tersebut, apakah Presiden Jokowi secara jantan meminta maaf? Tidak!! 

Padahal Presiden Jokowi dikelilingi seperangkat "anak buah". Ada KSP, menteri-menteri Kabinet Kerja ditambah ada BIN, nyatanya bisa "dibohongi" juga.

Membandingkan kepribadian Capres Prabowo dan Capres sebelah, sungguh tidak sepadan. Ketika melakukan kesalahan, Capres Prabowo tidak malu untuk meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Capres sebelah tidak sama sekali.

Capres Prabowo seketika meminta pemasok informasi bohong untuk mengundurkan diri. Capres sebelah membiarkan pemasok informasi palsu tetap menjadi pejabat padahal kesalahannya sangat fatal, sudah memalukan bangsa Indonesia di mata dunia. [rmol]

*) Ketua Umum Satuan Relawan Indonesia Raya (Satria) Gerindra

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA