Perkataan Kwik Kian Gie ke Jokowi soal Ahok yang Tak akan Lama jadi Pemimpin: Semuanya Benar

Perkataan Kwik Kian Gie ke Jokowi soal Ahok yang Tak akan Lama jadi Pemimpin: Semuanya Benar

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Dalam buku "MENELUSURI ZAMAN: Memoar dan Catatan Kritis" (2017), Kwik Kian Gie pernah bercerita pertemuannya dengan Joko Widodo dan Megawati.

Dalam buku itu, Kwik Kian Gie menulis pertemuan Megawati, dia, dan Jokowi terjadi saat kepergian Taufiq Kiemas di Singapura.

"Saya ada di Surabaya. Maka saya menyatakan belasungkawa kepada Mbak Mega sambil mengatakan bahwa saya di Surabaya, sehingga tidak mungkin hadir pada upacara pemakamannya," tulis Kwik Kian Gie.

Kwik baru tiba di Jakarta siang hari dan segera ke Jalan Teuku Umar (kediaman Megawati).

Dia tiba di lokasi pukul 14.30 WIB.

Saat itu pelataran parkir disulap menjadi ruang tamu kosong.

Kwik Kian Gie bertemu Megawati dan Joko Widodo yang saat itu baru tiba dari Kalibata.

"Mbak Mega tidak bisa diganggu dua hari. Maka saya ngobrol dengan Pak Jokowi," tulis Kwik Kian Gie.

Saat itu, Kwik mengatakan kepada Jokowi bahwa Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) yang menjabat Wakil Gubernur tidak akan bertahan sebagai pemimpin dalam jabatan publik apapun.

Itu karena perilaku dan tutur kata Ahok yang kasar.

"Itu karakter, saya sudah memberitahukan berkali-kali. Paling-paling dia sembuhnya hanya tiga hari saja," jawab Jokowi.

Saat itu, Megawati yang tengah makan memanggil Kwik Kian Gie dan mengajak ngobrol.

Mereka bicara tentang siapa yang paling cocok dicalonkan PDI Perjuangan sebagai presiden dan calon gubernur DKI.

"Ternyata apa yang dipikirkan ketika itu berlainan dengan kenyataan," tulis Kwik.

Kwik selanjutnya mengungkapkan betapa dinamisnya kehidupan politik di negeri ini.

Dalam buku yang diterbitkan tahun 2017 itu juga diceritakan bahwa saat itu Jokowi sadar bahwa tutur kata dan perilaku Ahok akan membuatnya tidak bisa bertahan sebagai gubernur.

"Ternyata sekarang semuanya benar," tulis Kwik Kian Gie.

Sejumlah kritik juga dituliskan Kwik Kian Gie terhadap para pendukung Ahok.

"Yang tidak disadari oleh pendukung Ahok ialah bahwa mereka itu terkesan menjadi politisi dadakan," tulis Kwik.

Menurutnya, Ahok dan para pendukungnya tak sadar bahwa manusia mempunyai perasaan, mempunyai emosi, dan juga mempunyai emotional intelligence di samping intelligent quotient.

"Sehingga hatinya tersaikiti ketika dimaki dengan tutur kata yang sangat kasar dan kotor," tulis Kwik Kian Gie.

Kwik gabung ke kubu Prabowo-Sandiaga Uno

Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapatkan dukungan dari ekonom senior Kwik Kian Gie.

Bergabungnya Kwik ke kubu Prabowo-Sandi, mendapatkan reaksi dari PDIP.

Termasuk Ketua DPP PDI-P Andreas Hugo Pareira.

Andreas mengakui memang ada konsep yang ditawarkan tak mendapat respons, sebab Kwik Kian Gie ingin konsep yang diusung oleh PDI-P berasal dari dirinya.

"Mungkin ya. Ada yang digubris ada yang tidak. Tapi Pak Kwik Kian Gie biasanya ingin semuanya 100 persen dari beliau," ujar Andreas saat dihubungi Kompas.com (Grup TribunJatim.com), Selasa (18/9/2018) lalu.

Sementara di dunia politik, lanjut Andreas, parpol cenderung menerima masukan dari berbagai pihak yang perlu didengar dan menjadi pertimbangan.

"Beda dengan ketika kita memberi kuliah di kampus, kebenaran mutlak bersumber dari profesor atau dosen. Tidak apa-apa di PDI Perjuangan kami kenal Pak Kwik Kian Gie lumayan baik," ucapnya.

Andreas mengatakan, partainya tidak mempersoalkan keputusan Kwik Kian Gie menjadi penasihat bidang ekonomi bagi pasangan Prabowo-Sandiaga meski masih tercatat sebagai kader partai berlambang banteng itu.

Menurut Andreas, Kwik dipersilakan membagikan konsep dan gagasannya terkait ekonomi kepada siapa saja, termasuk ke pasangan Prabowo-Sandiaga yang akan bersaing dengan pasangan Jokowi-Maruf di Pilpres 2019.

Ia juga mengatakan, Kwik kerap memberikan masukan kepada PDI-P.

Namun Andreas tak menjawab saat ditanya apakah PDI-P akan memberikan sanksi atas keputusan Kwik tersebut.

"Itu hanya maunya Pak Kwik Kian Gie, silakan kasih nasihat ke mana saja, selama itu baik untuk kepentingan bangsa dan negara pasti digunakan oleh 'user'. Ke PDIP juga sering beliau kasih masukan," kata Andreas.

Sebelumnya, Kwik Kian Gie mengungkapkan bahwa belakangan ini ia kerap berdiskusi dengan bakal calon presiden Prabowo Subianto dan bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno terkait persoalan ekonomi.

Ia mengaku telah menyatakan bersedia memberikan masukan dan pendapat sebagai penasihat bidang ekonomi pasangan Prabowo-Sandiaga.

Namun, ia enggan disebut secara resmi bergabung dalam struktur tim pemenangan.

Sebab, hingga saat ini ia masih tercatat sebagai kader PDI-P.

Kwik menuturkan, pada masa Pilpres 2004, ia pernah membuat booklet atau catatan berjudul "Platform Presiden".

Buku tersebut berisi pemikiran-pemikiran Kwik yang diyakini harus dilakukan oleh seorang presiden, khususnya di bidang ekonomi.

Saat itu Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Hasyim Muzadi.

Namun, catatan Kwik tersebut tak mendapat respons atau tanggapan dari PDI-P.

Hal yang sama juga terjadi di Pilpres 2009.

Padahal, saat itu Kwik memperbarui catatannya.

"Dari Ibu Megawati mungkin sekali (ada respons) karena sampai sekarang hubungan saya masih sangat dekat. Ibu Megawati kan ketua umum dia mengasumsikan bahwa akan ada respons," ujar Kwik saat memberikan keterangan seusai bertemu Prabowo di kediaman Ketua Umum Partai Gerindra itu, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (17/9/2018) malam.

"Tapi sama sekali tidak. Dari Sekjen (partai) tidak, dari litbang juga tidak. Dari siapa pun tidak," tuturnya.

Kemudian, pada Pilpres 2019, Prabowo-lah yang pertama menanyakan pendapatnya soal isu ekonomi saat ini.

Bahkan, Prabowo disebut memiliki perhatian besar dengan buku yang berisi catatan pemikiran Kwik.

Kemudian Prabowo juga mengajak Kwik berdiskusi mengenai beberapa isu ekonomi dalam buku tersebut.

"Nah, lalu Pak Prabowo yang mengajak saya berdiskusi. Jadi logis kan kalau dengan sendirinya bicara dengan Pak prabowo lebih dulu," kata Kwik.

Alasan Kwik Pilih Dukung Prabowo-Sandi

Mantan Menko Perekonomian itu angkat bicara soal keputusannya berbeda sikap dari PDI Perjuangan yang mengusung Joko Widodo-Maruf Amin dalam Pemilihan Presiden 2019.

Kwik yang dikenal sebagai ekonom senior dan bertahun-tahun menjadi pengurus DPP PDI Perjuangan buka-bukaan tentang alasan dia tak mendukung Jokowi-Maruf Amin seusai bertemu Prabowo di kediaman Ketua Umum Partai Gerindra itu, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (17/9/2018) malam lalu.

Dilansir dari Kompas.com (17/9/2018) lalu, Kwik bercerita, sekitar tahun 2013 ia pernah bertemu Jokowi saat melayat Ketua MPR RI sekaligus suami dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno, Taufik Kiemas, di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.

Saat itu Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Kwik menyarankan agar Jokowi memanfaatkan popularitasnya untuk kepentingan partai dan negara.

Menurut Kwik, Jokowi seharusnya tidak hanya memperhatikan urusan Provinsi DKI Jakarta saja, melainkan juga kepentingan nasional.

Lantas, kata Kwik, Jokowi menanyakan gagasan apa yang bisa ditawarkan.

"Apa itu? Kata Jokowi. Oh kebetulan saya punya bahan yang banyak sekali karena saya lama sekali jadi ketua litbang PDI-P, ketua DPP, dan mewakili PDI juga menjadi wakil ketua MPR," kata dia.

Kwik pun memberikan setumpuk catatan atau pemikirannya dalam bentuk cetak maupun digital.

Termasuk catatan Kwik berjudul "Platform Presiden" yang pernah ia tulis pada 2004 dan 2009.

Catatan tersebut berisi pemikiran-pemikiran Kwik yang diyakini harus dilakukan oleh seorang presiden, khususnya di bidang ekonomi.

Namun, Jokowi tidak pernah memberikan tanggapan atau respons atas catatan yang ia berikan itu.

"Satu kata pun tidak ada reaksi, tidak ada sambutan apa-apa. Jadi, jelas (jadi penasihat ekonomi Prabowo)," tuturnya. [tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita